Lihat ke Halaman Asli

nova

universitas airlangga

Innerchild Menjadi Topik yang Misused dan Overused bagi Gen Z?

Diperbarui: 25 Mei 2023   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://assets.ayobandung.com/crop/0x0:0x0/750x500/webp/photo/2023/02/04/4293184229.jpg

Belakangan ini banyak sekali istilah-istilaah baru yang bermunculan di interenet. Semakin berkembangnya zaman dan bergantinya generasi bahasa yang digunakan turut kian berubah. Dimasa industri 5.0 dan cepatnya digitalisasi masyarakat dari berbagai kalangan merupakan faktor terbesar dari mudahnya akses terhadap informasi. Tak terkecuali edukasi yang sudah berjalan beberapa waktu ini muncul membicarakan mengenai ramainya gerakan anak generasi z yang berusaha meningkatkan awareness terhadap kesehatan mental, juga merupakan side effect munculnya istilah-istilah baru yang sebelumnya jarang digunakan. Istilah seperti inner child, anxiety, panick attack, dan lain-lain mulai banyak digunakan oleh masyarakat, namun banyak juga yang salah mengartikan tentang istilah-istilah tersebut. Perlunya edukasi lanjutan terkait mental health awareness menurut saya juga penting agar menghindari terjadinya kesalahpahaman.

Menurut jurnal mimbar tahun 2022, Inner Child dalam diri seseorang digambarkan sebagai suatu sifat dan sikap kekanak-kanakan yang dimiliki setiap individu. Karena inner child tersebut terbentuk dari pengalaman saat masih usia anak-anak. Tidak salah jika dikatakan bahwa tindak tanduk seseorang terbentuk karena inner child dalam dirinya. Inner child yang terluka mengakibatkan luka masa kecil yang bisa terbawa sampai usia dewasa dan akan menganggu perkembangan emosi individu yang mengalami. Konselor dengan menggunakan teknik analisis transaksional dapat membantu konseli dalam mengatasi inner child pada dirinya, membantu untuk bisa memahami peran masing-masing ego agar konseli bisa menyeimbangkan ketiga ego yang ada pada diri individu tersebut.


Banyak masyarakat awam yang kurang paham betul mengenai istilah ini menuntun mereka untuk menjustifikasi perilaku di kehidupan sehari-hari. Istilah inner child sendiri juga merupakan suatu emosi yang perlu dijelaskan oleh orang yang lebih ahli. Kita sebagai orang awam tidak boleh mendiagnosa apa kesalahan terhadap kondisi tertentu yang besar peluangnya untuk menyebabkan salah tafsir. Maka dari itu, perlunya seorang expert bagi generasi sekarang untuk menyebarkan awareness dengan hati-hati. Edukasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman masa. Perlunya jurnal-jurnal yang harus dipublikasikan kepada masyarakat umum juga penting sebagai pendukung media edukasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline