Lihat ke Halaman Asli

Kosong

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kosong
by : nova cipta
beberapa saat setelah percakapan senja jingga …..
Ruangan itu tetap kosong, ruangan yang di bangun dari pondasi – pondasi harapan dari beribu-ribu doá dipekatnya lelap hari, sudut tembok keyakinan yang tetap kokoh tegap berpijak pada satu koordinat,.. Percaya.
Atap teduh, penuh akan gumpalan lembut dari awan – awan impian, senantiasa menjaganya dari perubahan iklim di bulan November. Pintu juga jendela yang selalu terbuka mengundang hangat siraja tengah hari, tulus, cerah tanpa mengharapkan imbalan yang setimpal.
Sesekali orang membicarakannya, pujian cemooh, pengharapan dan entah emosi apalagi hasil helaan nafas embun dipagi hari, atau gejolak panas kecepatan hemoglobin dari gerakan tidak konstan pompaan jantung menuju impuls saraf ke otak di teriknya siraja tengah hari, yang tak henti-hentinya mencubiti kulit ubun-ubun.
Atau juga dekap silang kedua tangan erat, kuat dari pekat pandangan hasil penurunan seperempat suhu setelah terik, yang sesekali sebuah sinar bulat mengintip dihamparan langit bertabur titik – titik kecil terang sebatas ukuran jendela di sebelah kanan ruangan.
Beberapa orang hadir untuk berteduh dari semua keluh, lalu menjauh.
Beberapa orang masuk menerka-nerka benda-benda yang cocok diletakan sebagai hiasan, tetapi hanya tetap saja menerka.
Beberapa orang memilih menetap tanpa sempat menggarap lalu pergi begitu cepat.
Ruangan itu tetap sunyi, & kosong mungkin gumaman barisan semut dapat terdengar pada usangnya tembok sebelah timur,
kadang seekor burung hinggap dilandasan jendela dengan sebatang ranting kecil pada paruhnya, lalu leluasa masuk, tetapi sayang sudut-sudut tembok tidak cukup kuat dari beberapa tempelan ranting-ranting kecil maha karya gagal dari seekor burung, niatnya membuat sarang.
Entah berapa rotasi lagi, pintu dan jendela itu akan tertutup, padahal semua orang memiliki kunci itu, hanya saja mungkin mereka lupa, tidak sempat atau memang menginginkannya tetap kosong dan terbuka.
Jingga senja perlahan bercampur dengan beberapa warna lain, lalu terlihat semakin gelap, Ruang itu masih kosong, ….
Ruang hati menanti tangan suci untuk mengunci ………

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline