Lihat ke Halaman Asli

Harapan sang Petani Salak Pondoh

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290601790676341282

[caption id="attachment_76672" align="alignleft" width="300" caption="doc pribadi mas dik-HUMA:selamat datang di dusun Pandean"][/caption] para penyintas dalam diamnya selalu memikirkan masa depannya, salah satunya Pak Pendi penyintas dari Pandean. Dalam curhatannya ia mengatakan, bagaimana nasib kita selanjutnya pasca merapi ini. Mata pencaharian utama mereka ialah salak pondoh dan nira. Namun akibat hembusan awan panas yang menyerang dusunnya, hampir 90 persen kebun salak dan pohon nira rusak berat. Pohon-pohon itu masih dipenuhi abu vulkanik. Menurut dia, abu ini mematikan pohon salak. Lalu dia melanjutkan ceritanya, jalan singkat untuk menyelamatkan kebun salak pondoh ini langsung memanen salaknya, meskipun rasanya tidak enak, karena belum matang dan salak itu harus cepat dijual karena ketika di panen, salak-salak itu dibersihakan dengan air untuk membersihkan abu vulkaniknya. Padahal salak itu tidak boleh kena air karena akan cepat busuk. Dan perlu diketahui pada bulan Desember sampai Januari (puncaknya) itu merupakan panen raya. Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan ialah menyelamatkan tanah dan tunas salak yang mau tumbuh (itu pun kalau tidak mati terkena abu vulkanik) dengan jalan menebang dan mencabut salak yang mati tersebut. Kenapa di tebang ? karena tunas dari pohon salak/pondoh, sudah pecah dan banyak yang kebakar ujungnya. Sehingga salak tidak mungkin menghasilkan buah lagi. walaupun katanya abu vulkanik itu bisa menyuburkan tanah, tapi memakan proses lama. Kata dia sekitar setahun. Maka untuk mempercepat kesuburan tanah, petani salak harus mengolah tanah untuk menjadi tanah siap tanam yaitu dengan membuat lubang kemudian diberi pupuk kandang, pupuk daun-daunan untuk proses fermentasi. setelah media tanam siap, mulai dari menanam sampai menghasilkan buah perlu membutuhkan waktu 2-3 tahun. itulah yang dikeluhkan masyarakat petani, khususnya di lereng merapi sebelah barat (magelang). kedepan petani salak pondoh merasa bingung untuk kelangsungan hidupnya dari pascagempa sampai panen salak tersebut. mereka membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidupnya kurang lebih 3 tahun itu. Harapan mereka usaha baru yang bisa mereka lakukan dan cepat menghasilkan sekarang adalah beternak kambing dan ikan. Semoga pemerintah bisa mendengarkan keluhan mereka. dusun pandean , Srumbung - Magelang 21 november 2010 [caption id="attachment_76678" align="alignnone" width="300" caption="kebun salak dan kelapa yang hancur"]

12906022461393262854

[/caption] [caption id="attachment_76677" align="alignnone" width="300" caption="salak yang belum siap panen pun harus di panen"]

1290602196358107557

[/caption] [caption id="attachment_76675" align="alignnone" width="300" caption="salak pondoh yang tertutup abu vulkanik"]

12906020851658093797

[/caption]

12906019921589065258

[caption id="attachment_76673" align="alignleft" width="300" caption="pohon salak berjatuhan "]

12906019251787426086

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline