Hidup sehat menjadi harapan kita bersama. Sehat jasmani, sehat rohani dan juga sehat lingkungannya menjadi dambaan dalam menjalani kehidupan. Kesehatan menjadi salah satu faktor penentu kualitas mahluk hidup, terutama kita sebagai manusia yang berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Berbagai cara tentunya dapat kita lakukan untuk memperoleh lingkungan yang sehat agar bisa melanjutkan keberlangsungan hidup. Akan tetapi terkadang kita memahami kondisi lingkungan yang dinamis, dengan perubahan musim dalam jangka waktu tertentu.
Pada musim kemarau panjang yang melanda di sebuah negeri atau wilayah akan menimbulkan fenomena alam, tanah menjadi gersang, debu berterbangan sangat tebal, meranggasnya tanaman, bahkan tumbuhan-tumbuhan kering dan mati.
Musim kemarau panjang berdampak pada berkurangnya pasokan air permukaan maupun air bawah tanah. Dampak ini juga berimbas pada tumbuhan-tumbuhan menjadi kering dan rentan mudah terbakar jika terkena api. Terlebih dari itu juga seringnya masyarakat membakar berbagai jenis sampah yang menjadi salah satu pemicu Si Jago Merah yang bisa mengancam terjadinya kebakaran selama musim kemarau, baik dari api pembakaran sampah itu sendiri maupun percikan-percikan api yang tertiup oleh angin.
Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang puntung rokok sembarangan, di hutan, pinggiran jalan, dan di lingkungan sekitar lainnya. Jika sudah terjadi kebakaran banyak dampak negatif yang tentunya sangat merugikan manusia dan lingkungan yang mana asap kebakaran menyebabkan polusi sehingga mengurangai kualitas bahkan memperburuk kondisi udara untuk manusia bernapas. Bahkan kerugian kehilangan harta benda dan nyawa sekalipun bisa saja terjadi.
Bedasarkan fenomena alam yang terjadi pada musim kemarau panjang, kita mengamati dan melihat sendiri kebakaran hutan sering terjadi dibandingkan pada saat musim penghujan. Pada musim kemarau angin juga bertiup cukup kencang yang dapat mempercepat perpindahan api ketika kebakaran.
Kebakaran bisa saja terjadi dimana-mana, bahkan secara global kita sering mendapati informasi dari berbagai sumber media massa, baik media cetak, maupun media elektronik. Frekuensi kebakaran yang terjadi harus menjadi perhatian bersama agar tidak merugikan kita dan lingkungan sekitar. Sehingga kemarau panjang yang melanda menjadi isyarat darurat lingkungan yang perlu di sikapi dengan bijak agar tidak merugikan manusia dan lingkungan sekitar.
Kerugian-kerugian dari kebakaran secara alami maupun kelalaian manusia, akan berdampak lebih jauh pada ekosistem yang sangat erat kaitannya antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang berdampak itu sangat kompleks terjadi pada flora, fauna, dan keseimbangan alam.
Tumbuh-tumbuhan mengalami kekeringan, karena berkurangnya sumber air. Hewan-hewan juga dapat mengalami kriris air dan makanan karena tumbuhan banyak yang mati. Manusia dalam kehidupannya sangat membutuhkan keberadaan tumbuhan dan hewan. Hal itu menunjukkan bahwa betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam.
Ketika terjadinya kebakaran akan memengaruhi keberlangsungan kehidupan yang terganggu karena flora, fauna dan lingkungan sekitar berkurang bahkan mengalami kematian. Lingkungan sekitar sangat kompleks keberadaannya, flora, fauna, dan sekitarnya merupakan kompemen yang tak terpisahkan membentuk keberagaman hayati atau mahluk hidup dalam ekosistem tertentu.
Ketika terjadi kebakaran besar kita akan kehilangan sumber daya lingkungan dan kerusakan habitat. Selain itu, kebakaran akan merambah pada pemukiman, sehingga lingkungan tempat tinggal juga bisa ikut terbakar, yang berdampak pada kehilangan harta benda bahkan nyawa manusia.