Pada saat media-media sosial menampilkan translate (terjemahan) berbagai bahasa di dinding medianya, saat itu pula, batas-batas geografi negara bangsa telah berakhir. Detik itu juga, algoritma media memberi passport bagi siapa saja untuk saling sapa, berjumpa, sekehendaknya. Artinya, batas-batas geografi hanya simbol. Translate membantu warga negara digital menuju negara bebas, super merdeka.
Awalnya agak kaku, tetapi akhirnya kita terbiasa, terkonsolidasi-mengkonsolidasi. Negara digital kontinyu memfasilitasi warga negaranya dari berbagai latar belakang. Agama, negara, ideologi, umur, profesi, hobi, dan lain-lain. Warganya saling berkomunikasi, belajar, berbisnis, bekerja, membangun kepentingan bersama, juga bisa membangun negara dan melawan negara. Realitas negara geografi telah berpindah ke negara digital. Masa depan kita adalah negara digital.
Indonesia salah satu penyumbang terbesar bagi negara digital. Penelitian We Are Social 2020 menyatakan rata-rata 3 jam 26 menit per hari dihabiskan untuk aktif. 59 persen dari 272,1 juta pengguna Indonesia usia 16-64 mengakses media sosial. Sedikitnya, Indonesia menyumbang 160 juta pengguna aktif.
Terdapat 5 negara digital terbesar di dunia saat ini : TikTok, Facebook, Instagram, Snapchat dan Lieke. Pada pertengahan 2020, TikTok memiliki 300 juta pengguna di seluruh dunia. Facebook perbulan memiliki 2,7 milyar pengguna aktif. Instagram (1 milyar) dan yang lain dibawah 1 milyar pengguna aktif.
Presiden Amerika Donald Trump tahun lalu digugat. Pihak Tik Tok dan WeChat dua media sosial milik China menggugat karena Trump mengeluarkan perintah eksekutif USA untuk mlarang dua media itu aktif di negaranya. Dan faktanya, Tik Tok dan WeChat semakin populer di Amerika. Negara super power takluk dibawah Tik Tok plus WeChat.
Agustus 2020, Facebook hampir saja menggugat pemerintah Thailand karena Facebook merasa dipaksa untuk memblokir pihak oposisi Thailand yang sedang menggerakan revolusi di negara gajah putih itu. "Permintaan seperti ini berat, melanggar hukum hak asasi manusia internasional, dan memiliki efek mengerikan pada kemampuan orang untuk mengekspresikan diri," kata juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Beberapa hari terakhir ini Beny Wenda (Papua) menggunakan Facebook untuk menyerang pemerintah Indonesia yang sah. Pernyataan, tuduhan, konsolidasi, meraih simpati, mengutuk, dan terakhir membentuk kabinet disebarluaskan lewat Facebook. Pemerintah Indonesia tidak berdaya melawan Wenda karena bebas menggunakan Facebook. Sebagian rakyat Papua dengan mudah dikendalikan Wenda dari Inggris.
Banyak sekali contoh kedigdayaan sebuah negara digital, dan memiliki pengaruh besar mengendalikan negara geografi. Pengaruh ini bahkan melebihi negara - negara superpower sekalipun. Dan semakin lama, pengaruh media-media sosial ini sangat mengerikan sekaligus mengasikan. Saya salah satu warga negaranya.(detik.com, lokadata, tirto, cnn)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H