Lihat ke Halaman Asli

Salah Duga Soal Jokowi

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya hari-hari yang akan dilewati bangsa ini serba tidak terduga. Para pengamat sekelas denny JA pun bisa salah berlogika. Dia mengatakan bahwa jokowi berpeluang menjadi presiden terlemah dalam sejarah indonesia. Saya tidak menduga seperti itu pesimisnya dia.
Demikian juga tamrin tamagola, sosiolog yang gencar sekali membangun isue penjegalan jokowi sebagai presiden, beserta analisa yang bercampur aduk antara ilmiah dan penggiringan opini agar desain politik terjadinya chaos terbukti dan efektif. Disana disebut-sebut soal prabowo yang akan mengendalikan indonesia, dan KPK pun ikut mengecam KMP sebagai tidak demokratis. Lalu people power pun disiapkan secara manis, khasnya golongan kiri saat mengepung DPR RI saat reformasi 1998 lalu dengan desain gerakan menggunakan nalar marx, dan ada yg harus mereka korbankan agar isue menjadi besar.
Pesta rakyat adalah bagian terbesar dalam prosesi kepemimpinan untuk mengawal suksesi dan tugas pertama presiden agar menjadi lancar.
Alhamdulillah, media-media corong jokowi yang hampir sepanjang hari membicarakan kemungkinan penjegalan jokowi terpaksa gigit jari kaki. Tak ada penjegalan, tak ada pula demo tandingan. Bahkan prabowo hadir disertai seluruh koalisi merah putih. Ikut berdiri saat dinyanyikan lagu kebangsaan. Dan memberi penghormatan layaknya prajurit kesatria.
Tak cukup dengan itu, prabowopun membuat hati relawannya tidak ridho. Kelewatan sekali prabowo mau menjumpai rivalnya yang sepanjang pilpres mengolok-olok dirinya dan menista tanpa jeda.
Kebaikan prabowo yang bermurah hati untuk hadir agar sempurnanya perhelatan dianggap sepi oleh kubu jokowi.
Terlanjur mencela tak siap untuk tulus memuji.
Diagnosanya : gengsi stadium 4.
Bahkan mantan presiden SBY yang beberapa menit lalu berakhir tugasnya sebagai presiden mendapat cibiran oleh relawan jokowi.
Benar-benar Saya tak menduga.
Publik malah simpati, dan diakhir jabatannya, SBY husnul khatimah dan didoakan oleh rakyat indonesia minus yang sakit hati pasca walk out saat RUU PILKADA lalu.
Dan kini, indonesia resmi punya presiden baru yang belum bisa bekerja maksimal karena masih ada transaksi yang belum ditunaikan, soal jatah menteri, soal bagi-bagi kekuasaan yang selama ini dia tutupi.
Saya berusaha memahami, jokowi tak mudah mengumumkan susunan kabinetnya.
Lazimnya seorang jokowi yang menganggap gampang segala hal, maka batalnya pengumuman kabinet ini menggambarkan gentingnya komunikasi sebelas arah antara jokowi dengan megawati, jokowi dengan relawan dari kalangan LSM, Megawati dan KPK, megawati dan JK, JK dan jokowi, relawan dan KPK, jenderal kriminil dan relawan, pembela munir dan megawati, puan maharani dan anak jokowi, tarif iklan TEMPO dan KOMPAS yang berbeda, desakan pemodal BLBI, dan yang paling penting adalah khawatirnya KIH bahwa semua alat kelengkapan dewan dikuasai koalisi merah putih. Koalisi indonesia hebat bisa mati suri. Dan ini hitungan hari.
Kekhawatiran ini disebabkan kementrian tak lagi bisa sesuka hati dalam mengambil kebijakan strategis meski tak populis.
Pengalaman korupsi saat 10 tahun menjadi oposisi tidak bisa diterapkan dengan mudah. Perlu konsultan yang lebih serius, bukan sekelas anis baswedan, eep saefullah fatah atau burhanudin muhtadi.
Cukup kearifan lokal PDIP saja yang nyaman dengan prestasi selama ini.
Kita masih menunggu siapa yang menjadi menteri, yang bebas dari kasus korupsi dan jual beli aset negara. Meski sulit, namun bisa jadi saya salah menduga. Pakai saja corong KPK, lalu biarkan johan budi mengumumkan bahwa kasus century terbukti secara sah dan menyakinkan tidak terbukti ; Bahwa BLBI sudah selesai dan kasusnya. ditutup demi keadilan.
Dijamin, indonesia pun kembali senyap. Aktivisnya menjadi banci.
Koalisi yang sakit, janganlah berharap pemimpinnya akan sehat walafiat.
23 okt 2014
@nourmanh
749ef313

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline