Lihat ke Halaman Asli

Nur fatehah

Menyukai isu sosial budaya keagamaan dan gender

Moderasi Beragama yang Kadang Disalahpahami

Diperbarui: 11 Juli 2023   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Narasi Moderasi Agama  sering menjadi bahan perbincangan baik di kalangan kaum intelektual, birokrat, sampai kalangan orang kebanyakan.

Moderasi Agama kadang bahkan menjadi perdebatan yang cukup seru bagi sebagian kalangan. Hal ini tak terlepas dari pemahaman orang tentang moderasi beragama itu sendiri.

Ada hal-hal yang kadang disalahpahami oleh sebagian orang berkaitan sikap Moderat dalam  Beragama. Moderat  beragama diartikan sebagai sikap  beragama yang berhadapan dengan pandangan konservatif. Sikap moderat sering dianggap sebagai sikap yang tidak sungguh- sungguh dalam mengamalkan ajaran agama.

Sikap moderat juga diartikan sebagai sikap yang kompromi terhadap keyakinan lain. Atau bahkan sikap moderat dianggap sikap seenaknya dan cenderung liberal dalam pengamalan agama. Sikap moderat dipandang tidak menjadikan agamanya sebagai jalan hidup ataupun tidak mempunyai sensitivitas, misalnya bila simbol agamanya direndahkan.

Mungkin anggapan ini sebagian masih ada dalam masyarakat. Sikap moderat dan toleransi dipandang  sebagai sikap yang tidak memegang teguh teks keagamaan atau kitab suci agamanya. Atau yang lebih keras, sikap moderat itu menggadaikan keyakinan demi menyenangkan pemeluk keyakinan orang lain.

Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. n pengurangan kekerasan, dan 2. n penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, "orang itu bersikap moderat", kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.

Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i'tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai "pilihan terbaik". 

Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem. Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasaIndonesia menjadi kata 'wasit' yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya dalamperdagangan, bisnis); 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di pertandingan.(Moderasi Beragama, Kemenag RI :2019)

Bila melihat Indonesia sebagai bangsa yang multi plural, dari etnik, suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, kebudayaan, pilihan partai, dan lainnya, kondisi ini adalah sebuah takdir.

Keadaan yang penuh keragaman dan kekayaan tersebut sudah menjadi keniscayaan. Ia tak dapt ditolak dan dihindari, namun patut menjadi suatu yang mesti disyukuri. Oleh karena itu harus kita jaga sebaik-baiknya.

Moderasi beragama hadir untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan beragama. Sebuah keseimbangan sangat diperlukan, tentu untuk memelihara agar tidak terjadi konflik dan gesekan yang menimbulkan disintegrasi bangsa.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline