Lihat ke Halaman Asli

Nur fatehah

Menyukai isu sosial budaya keagamaan dan gender

Kolonisasi, Warisan Pemerintahan Hindia Belanda di Lampung

Diperbarui: 2 September 2022   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Ketransmigrasian,Sumber : Tribunlampungtravel.com/Agustina Suryati

Pemerintahan Hindia Belanda mengalami kesulitan ekonomi karena padatnya penduduk di Jawa. Kondisi kemiskinan yang terjadi, mendorong pemerintah Belanda memindahkan penduduk Jawa ke Sumatera.Sebagai pelaksanaan politik Ethis ,Pemerintahan Kolonial Belanda meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi dengan tiga program yaitu emigrasi, irigasi dan edukasi.

Dalam kaitan emigrasi ,pada tahun 1905, semasa Gubernur Jenderal ke 63,Gubernur Hindia Belanda Johannes Benedictus van Heutsz  memulai kolonisasi dengan memberangkatkan 155 kk ke tanah Lampung.

Desa Bagelen, Gedongtataan Lampung merupakan tempat pertama yang menjadi tujuan .Desa ini berjarak sekitar 22 kilometer dari kota Bandar Lampung.Nama Desa Bagelen dari  Purworejo pun dijadikan nama desa baru mereka.Pada awal kedatangan, mereka harus "babat alas", merobohkan pepohonan yang akan dijadikan lahan pertanian.

Perihal nama desa, pemerintah Belanda menggunakan cara menyesuaikan dengan adat dan budaya Jawa.Belanda mempunyai maksud agar penduduk Jawa yang pindah merasa kerasan dan tidak bisa kembali lagi, karena  hampir semua kebiasaan, adat  dan budaya Jawa pun dibawa dan dilaksanakan di tanah koloni yang baru. Dengan demikian mereka merasa tinggal di lingkungan sosial budayanya sendiri.

Pembentukan lahan pertanian dan pemukiman pada zaman itu dilakukan dengan bola besi besar, untuk merobohkan pepohonan.Bola besi besar tersebut kini masih terpajang di Museum Ketransmigrasian Lampung, yang juga terletak di Desa Bagelen.

Museum ini dibangun pada tahun 2004 di lahan seluas 63 hektare. Di museum terdapat sentra kerajinan, perpustakaan, panggung terbuka, 10 anjungan rumah adat asal transmigran, lapangan dan lainnya.Anjungan rumah adat antara lain, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Yogyakarta. Museum Ketransmigrasian merupakan sebuah bukti bahwa Lampung merupakan daerah kolonisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Di museum juga sebagai pusat study tentang sejarah ketransmigrasian di Indonenesia. Berbagai macam benda peninggalan antara lain ,yang terkait dengan alat -alat pertanian,diorama rumah transmigran, alat transportasi, benda perekonomian uang dan administrasi,perabotan rumah tangga para transmigran ,alat penangkap ikan,alat pertukangan, alat kesenian,foto -foto dokumentasi,gamelan, wayang kulit, pakaian adat dan musik Bali.
Untuk edukasi, disediakan  pemutaran film dokumenter sejarah ketransmigrasian, pameran koleksi sejarah dan bimbingan edukasi lainnya.

Dampak kolonisasi, dan dilanjutkan dengan transmigrasi oleh pemerintah Republik Indonesia , masih dilihat dan dirasakan sampai saat ini.Penduduk transmigrasi tinggal dan menempati wilayah baru,serta terus berketurunan. Maka tidak mengherankan bila berdasarkan data etnis, penduduk lampung meliputi etnis Jawa,Sunda, Minangkabau, Batak ,Bali ,serta etnis lainnya.

Etnis Jawa menempati porsi yang terbesar yaitu 65 persen. Juga akan dijumpai nama- nama desa seperti Jawa di Lampung yang merupakan nama desa daerah asal transmigran ataupun nama Jawa.Seperti nama Pringsewu, Pagelaran, Ambarawa,Banyumas, Bantul, Pekalongan, Adiluwih,Wonosobo,Yogyakarta,dan masih banyak lagi.Daerah  koloni Gedongtataan juga berkembang dari waktu ke waktu,hingga melahirkan kota Pringsewu.

Dalam perkembangan kolonisasi selanjutnya, antara tahun 1912- 1922, dibuka kolonisasi yang lebih besar, yang diberi nama Wonosobo, di dekat Kota Agung, Tanggamus, serta pemukiman kolonisasi dekat Sukadana di Lampung Timur.

Daerah koloni di Sukadana ini, seiring berjalannya waktu berkembang dan melahirkan kota Metro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline