Lihat ke Halaman Asli

Noto Susanto

Menata Kehidupan

Kisah Satpam: Pindah Kos Jabatan Baru

Diperbarui: 28 Januari 2021   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Oleh : Noto Susanto, SE, MM, CSTMI, CPHCM, CNHRP, CHLP, CPS.

                        "SIAPA SAYA 23"

Perjalanan hidup ngontrak atau ngekos bukan menjadi suatu kebanggaan apalagi pekerjaan sebagai seorang SATPAM, karena pekerjaan SATPAM bukanlah cita-cita yang akan di perjuangkan untuk masa depan. 

Berbeda dengan saya yang penuh  suka dan duka menjalani pekerjaan SATPAM banyak perjuangan dan pengorbanan yang sudah dilalui, tidak pernah mengeluh dan terus bekerja keras selanjutnya kita serahkan kepada Tuhan yang maha kuasa.

Dengan kita kerja itu bagian dari do,a dan usaha yang di dengarkan oleh Allah-SWT, yang selalu mengiringi kegiatan umat manusia atau dalam pekerjaan saya sebagai SATPAM. Suatu perjalanan yang luar biasa Alhamdulillah tiap tahun saya di promosikan walaupun hanya sebagai pejabat SATPAM.

Kebanggaan yang saya rasakan adalah ternyata SATPAM menjanjikan karir, secara otomatis penghasilan berubah drastis tentunya gaji bulanan naik dan luar biasa. Meskipun pindah-pindah lokasi kerja dalam kehidupan masih saja hidup ngontrak atau ngekos.

Kehidupan ngontrak atau ngekos, yang saya rasakan menjadi cerita di kemudian hari yang harus di kenang dan menjadi bagian dari perjalanan hidup. Sebab setiap manusia terutama untuk anggota SATPAM, tentunya bagi yang merantau pasti merasakan hidup di kosan atau ngontrak dengan kamar sewaan.

Dengan demikian saya akan lanjutkan kisah "ngontrak dan ngekos" dengan pindah-pindah tempat dengan pekerjaan sebagai seorang SATPAM, berikut uraiannya :

4.Hidup di Kosan Pondok Pinang - Jakarta Selatan :

Pada bulan Juli tahun 2006 - bulan Februari tahun 2007,  waktu itu saya "ngekos" masih mengikuti teman  bersama Hendro namun pada saat libur pulang ke tempat paman, karena secara waktu biar lebih efektif dan efesien. Saya harus mengikuti dua tempat tinggal bayarya bagi dua untuk biaya kos tersebut sedangkan tempat paman bantu bayar listrik.

Setelah paman menikah saya tidak lagi mengikuti paman tinggal di kontrakan, hal tersebut membuat saya harus belajar mandiri dan memperbanyak teman. dengan demikian, cara berpikirnya adalah teman lah lebih awal membantu di saat mengalami kesulitan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline