Kesuksesan seorang anak ditentukan oleh seberapa baik peran keluarga khususnya ayah dan ibu, dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik kepada anak mereka, penaman budi pekerti yang baik akan membawa anak itu menuju manusia yang bermartabat nantinya. Sejak dilahirkannya anak, keluarga memiliki tugas untuk merawat,melindungi,mendidik,membimbing dan membina anak tersebut.
Tanpa ada campur tangan keluarga dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, mengibarat kita membiarkan anak berjalan sendiri dalam keadaan gelap gulita, tanpa ada cahaya yang menerangi, berbeda jika keluarga berperan aktif di dalamnya, anak berjalan dalam kegelapan namun ada titik terang yang muncul yang menjadi petunjuk buat bagi anak. Mengapa demikian ? karena keluarga merupakan pondasi awal pendidikan paling pertama dan utama buat seorang anak.
Dalam keluarga terdapat Ayah dan Ibu. Ayah berperan sebagai motivator hidup yang mengajarkan tentang norma dan nilai-nilai kehidupan serta kecakapan hidup yang dibutuhkan bagi anak untuk bersosialisasi dikehidupan nyata, sedangkan Ibu dengan segala kelembutannya berperan sebagai madrasah pertama bagi anaknya tempat bertanya dan mengutarakan segala ketidaktahuannya.
Pada dasarnya tidak ada keluarga yang menginginkan anaknya lahir dengan kepribadian yang tidak baik, namun sebaliknya melalui kelahiran seorang anak keluarga berharap anak itu kelak akan memberi manfaat yang baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan bangsanya. Keluarga yang baik adalah keluarga yang akan selalu mendukung dan menfasilitasi anak dalam mengembangkan potensinya. Keluarga baik akan mendukung anaknya dalam mencari, mengenali dan menggali sendiri potensi yang ia miliki dengan bantuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah dan nilai – nilai budi pekerti, kedisplinan, dan tanggung jawab yang ditanamkan oleh ayah dan ibu. Keluarga yang baik tidak akan menyuruh seorang anak untuk meniru, tapi menciptakan karakternya sendiri. Karena pada dasarnya setiap anak diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan yang tidak akan sama satu sama lain.
Anak yang memiliki bakat dibidang seni akan sangat sulit dibentuk menjadi seorang dokter, begitupun sebaliknya ibarat memaksakan penyatuan air dan minyak yang mustahil terjadi. Namun, peran keluarga dalam hal ini adalah selalu mendorong semangat anaknya membimbingnya dan membantunya mengembangkan potensi yang ia miliki serta tidak menyerahkan secara utuh hal tersebut ke pihak sekolah, tetapi berkolaborasi dengan sekolah dalam hal mendidik, membina dan membimbing anaknya. Berjalan bersama dalam keadaan gelap lebih baik dari pada berjalan sendiri dalam keadaan gelap walaupun dengan lilin sebagai penerangnya.
Mari kita mengambil pelajaran dari keluarga Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie dalam membesarkan seorang ilmuwan hebat. Siapa yang tidak mengenal BJ Habibie, Presiden 3 Republik Indonesia dan seorang ilmuwan sekaligus penemu hebat dibidang konstruksi pesawat terbang yang memiliki 46 hak paten di bidang Aeronautika. Habibie kecil lahir dari keluarga sederhana ayahnya Alwi Abdul Jalil Habibie merupakan seorang petani, dan ibunya R.A. Tuti Marini Puspowardjojo seorang ibu rumah tangga. Di masa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Habibie kecil hidup dengan lingkungan keluarga yang selalu mendukungnya dan memercayai cita-cita beliau.
Ayah Habibie adalah seorang petani dan sosok pekerja keras yang pendiam, selalu dapat menjadi contoh bagi seluruh anak –anaknya, menanamkan kepada anaknya untuk selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Sedangkan sosok ibu Habibie adalah perempuan tangguh yang dengan sengenap hati, seorang diri mencurahkan semua kemampuannya untuk mewujudkan cita-cita anaknya menjadi seorang ilmuwan hebat.
Didorong rasa percaya yang tinggi seorang ibu kepada anaknya membuat Ibunda BJ. Habibie menjual seluruh hartanya untuk pindah ke Bandung. Hal ini semata-mata dilakukan untuk membiayai pendidikan Habibie dan seluruh saudaranya. Pengorbanan yang besar akhirnya berbuah manis dengan lahirnya sosok ilmuwan besar Indonesia yang mempunyai visi mulia memajukan Indonesia di bidang industry teknologi, cita – cita beliau sederhana yaitu ingin menjadikan rakyat Indonesia sebagai penghasil teknologi bukan sekadar penikmat.
Kisah tadi, mengajarkan kita tentang kesabaran dan rasa percaya keluarga dalam membesarkan buah hatinya. Dibutuhkan kesabaran yang lebih dalam membesarkan anak karena pendidikan yang selalu ada untuk anak adalah keluarga. Membesarkan seorang anak dengan sikap disiplin fisik, memaksanya melakukan apa yang keluarga kehendaki akan menumbuhkan sifat perundungan (bullying ) dan sikap kurang percaya diri pada anak dalam berinteraksi dengan masyarakat umum. Membesarkan anak tidak harus dilakukan dengan sikap memenuhi segala kemauan anak, karena sikap demikian akan menimbulkan sikap manja.
Membesarkan buah hati haruslah dilakukan dengan yang selalu mendukung anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Memberikan kepercayaan penuh kepada anak dalam mengembangkan dirinya tanpa harus membanding-bandingkannya dengan anak yang lain karena pada dasarnya setiap anak tidak ingin dibandingkan dengan anak yang lain.
Sikap orang tua yang sering membanding- bandingkan anaknya dengan anak yang lain akan menimbulkan sikap benci kepada orang tuanya. Memang dalam membesarkan anak tidak mudah, dibutuhkan berbagai metode maupun cara untuk menjaga dan melindungi anugrah Tuhan tersebut agar menjadi manusia yang baik dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.