Lihat ke Halaman Asli

Me adalah Aku, Father (?), Mother adalah Ibu

Diperbarui: 20 September 2016   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[Bagian 1]

Di sudut jendela itu (jendela kamarku) sering sekali mata ini memperhatikan isi dalam bingkai kecil (itu) dari tempatku tidur, berdiri, menulis, dan seterusnya.

Dari sini aku mulai kembali sebuah awal cerita siapa diriku...

Tak lelah jarang ku balingkan wajahku dari depan ke belakang, ada apa di sana, dan urat-urat leher ini terasa kaku, dada sesak. Bibir bersenyum-lah dengan hati yang tegar.

 Kampoeng Padangan, Daerah Istimewa Yogyakarta, 2007.

Gak kerasa waktu cepat berlalu ya? Tetapi aku masih bisa berjalan-jalan di masa lalu.

Desa Padangan, disini simbok (Almarhumah Sosro) dilahirkan, memulai sebuah kehidupan bersama dinginnya angin dari sebuah alam pegunungan. Dan aku dibesarkan dengannya disini, dikenalkan dengan ayam-ayam, sapi, hutan, padi, bebatuan, dan banyak lagi.

 "Le... sangune neng gon mejo. Mengko nak wes muleh sekolah sapine di kombor nganggo dedak" (Le... uang sakunya di meja. Nanti kalau udah pulang sekolah sapinya dikasih minum pakai dedak: gilingan kulit padi yang dilembutkan)

 Dia (Simbok) adalah wanita yang lama menjanda di tinggalkan suaminya menikahi perempuan lain di Sumatera. Merumput, menanam padi, menyawah, pergi ke pasar, adalah rutinitasnya. Dia sering tersenyum dan mudah berbagi sesuatu pada orang lain. Dia selalu sayang dengan saudara-saudara dan tetangganya.

Dia tak hanya seperti ibu bagiku tetapi juga malaikatku. Tak jarang dia marah padaku karena ulahku yang sering membuatnya kesal, suka bermain dengan saudara atau teman-temanku sampai lupa waktu, malas bersih-bersih kalau gak di teriakin, setiap hari aku ganti pakaian tak cukup 3 kali, bahkan aku pernah dimarahi nya sampai kakiku dipecut menggunakan ranting kayu yang lurus dan sangat kecil. Rasanya sangat sakit dan memar, tapi tak sampai membekas ke hatiku.

"Wes sore dolan teros! Mbangane dolan mending seniau opo ngiwangi ngaret (Udah sore main terus! Dari pada main lebih baik belajar atau bantuin ngerumput", Greget simbok padaku dengan membawa pecutan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline