Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Aspal

Diperbarui: 19 September 2016   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen pribadi

Sajak-sajak Wija Sasmaya

[caption caption="Wija Sasmaya"][/caption]Minum anggur seteguk
Sinar mata tertahan untuk kantuk
Tegukan berikutnya…
Tarian menawan bidadari-bidadari
Tunjukkan keperkasaan para pecundang
bagai sebuah masturbasi
di daerah lokalisasi

Bah, Aspal!

Aneka warna tanda gambar
Diperebutkan dengan lemparan batu
Bibir berbusa mengumbar janji
Untuk menghibur hati rakyat
Yang lama sekali dikibuli

Bah, Aspal!

Sepasang remaja muda beradu mata
Dengan jari-jemari malu-malu
Saling menuding puting susu
Membayangi pelaminan sakral
Sehidup semati menjaga nafsu

Bah, Aspal!

Tuhan, dimanakah Engkau?
Rinduku telah sekarat
Hampir Mati

 

Awal September 1998

[Author] Wija Sasmaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline