Lihat ke Halaman Asli

Nor Maulidah

Mahasiswa

Mahasiswa Minoritas dalam Lingkungan Civitas

Diperbarui: 21 November 2022   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berbagai ragam budaya dapat ditemukan dalam suatu tempat atau kelompok orang. Saat ini individu mendapatkan berbagai nilai-nilai dari budaya yang berbeda-beda karena meningkatnya kontak antar individu yang berbeda budaya, baik dari pendatang maupun masyarakat asli yang menerima pendatang tersebut.

Dunia pendidikan sudah terkenal dalam cakupan nasional, banyak individu yang berpindah daerah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi. Dalam proses ini, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi adaptasi setiap individu. Beberapa hal tersebut salah satunya dengan berbedanya budaya dari daerah asal dengan daerah baru yang dituju.

Pada dasarnya, proses penyesuaian memang akan di hadapi oleh setiap individu yang memasuki lingkungan baru dan akan cukup sulit apabila perbedaan tersebut cukup jauh. Untuk membuktikan bahasan tersebut, dilakukan wawancara singkat terhadap mahasiswa minoritas di sebuah kampus pendidikan ternama. 

Sebut saja FA, seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. Sebelumnya, FA merupakan warga asli Jawa Tengah, sebelum akhirnya berpindah ke Jawa Barat untuk kepentingan pendidikan. Dalam wawancara singkat ini, pewawancara dan juga narasumber berhasil membahas berbagai macam hal mengenai beberapa perbedaan budaya.

1. Pendapat narasumber tentang perbedaan budaya dilingkungan pertemanan, perkuliahan maupun di lingkungan tempat tinggal?

Umumnya budaya Jawa tidaklah jauh berbeda, namun tetap saja ada sekat tipis dalam setiap perbedaan tersebut. Narasumber dapat belajar banyak mengenai budaya luar , dapat menerima perbedaan lain, berteman dengan teman yang berbeda budaya. Narasumber mampu berinteraksi dengan baik dalam interaksi pertemanan diberbagai lingkungan. Narasumber berhasil melakukan berbagai kontak positif dalam berbagai ruang lingkup sekitarnya. 

2. Apakah ada perundungan yang terjadi pada narasumber?

Untuk sejauh ini, tidak ada. Mereka justru menganggap narasumber setara dengan mereka dan mampu membimbing serta menerima narasumber dengan tangan terbuka. Dalam hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa lokal mempunyai sikap yang ramah dan sikap terbuka dalam pertemanan. 

3. Jika tidak ada perundungan, maka bagaimana narasumber dapat beradaptasi sebagai minoritas?

Menghargai keberagaman budaya asli mereka. dapat mempelajari budaya asli mereka juga sehingga mampu menarik hati mereka. Mampu menimbulkan rasa respect mereka. Berteman secara sehat dan tidak ikut mendiksriminasi. 

Beberapa mahasiswa beralasan bahwa proses adaptasi diperlukan tapi bukan menjadi prioritas. Pandangan ini biasanya muncul pada mahasiswa yang daerah asalnya memiliki kesamaan dengan daerah baru. Padahal faktanya proses adaptasi bagi mahasiswa minoritas melibatkan banyak hal dengan cara yang beragam. Proses adaptasi meliputi hal yang sangat luas dan kompleks melibatkan banyak hal dalam lingkungan dan masyarakat yang baru. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline