Rumah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, rumah berfungsi sebagai tempat berteduh dan juga membangun keluarga. Selain itu bagi sebagian kalangan, rumah dianggap sebagai aset yang perlu dimiliki.
Saat ini harga rumah sudah melambung tinggi, minimal jika ingin punya rumah, seseorang harus memiliki uang sebesar 1M. Sudah jarang dan terbilang langka rumah dengan harga dibawah 1M. Hal inilah yang membuat banyak kalangan yang susah memiliki rumah, karena harga yang mahal tetapi tidak dibarengi oleh pendapatan yang memadai.
Permasalahan ini salah satunya dialami oleh kalangan generasi z, selain sulit memiliki rumah karena harga yang mahal, generasi ini dianggap oleh masyarakat memiliki gaya hidup yang konsumtif, seperti sering nongkrong untuk ngopi, kemudian nonton konser, serta belanja online yang tidak perlu, sehingga uang mereka habis dan tidak bisa untuk menabung.
Lalu apakah benar ngopi membuat gen z sulit punya rumah?
Jawabannya tidak sesederhana itu, jika kita lihat bersama, permasalahan sulit punya rumah ini tidak hanya soal gaya hidup konsumtif, sebagai contoh saya analogikan gen z ini seorang pekerja yang addict minum kopi seminggu 7 kali (sehari satu kali) dengan harga kopi 20 ribu. Jika kita hitung bersama seminggu ia menghabiskan uang 140 ribu, kemudian setahun sebanyak 51 juta. Jika dikalikan 5 tahun jumlahnya sebesar 255 juta, bahkan jumlah uang selama 5 tahun saja hanya bisa digunakan untuk melakukan dp rumah.
Hal ini membuktikan bahwa gaya hidup bukan satu-satunya faktor generasi z sulit memiliki rumah, tetapi kita bisa lihat dari faktor lahan yang dimiliki untuk membangun rumah semakin sedikit akibat dari kebiasaan membeli rumah lebih dari 1, sehingga lahan semakin sedikit dan kebutuhan rumah semakin meningkat dan berakibat pada harga semakin meningkat.
Mungkin jika ada kebijakan bahwa per orang bisa mempunyai rumah dengan jumlah 1 atau 2, saat ini masih banyak lahan kosong yang dapat dibangun menjadi rumah, sehingga jumlah antara ketersediaan lahan dan kebutuhan membangun rumah seimbang.
Dampak dari fenomena rumah mahal ini, banyak gen z yang akhirnya memilih untuk tinggal di apartment ataupun mengontrak.
Fenomena ini perlu ditangani dengan serius oleh pemerintah maupun swasta agar semua kalangan memiliki rumah dengan harga yang sesuai, karena bagaimanapun rumah menjadi tempat paling ideal untuk manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H