Belakangan ini Gen Z sering menjadi perbincangan hangat diberbagai media, dalam informasi tersebut dijelaskan bahwa Gen Z memiliki mental yang lemah mulai dari sering overthingking, self proclaimed, cemas dan gelisah tentang masa depan. Banyak yang beranggapan bahwa Gen Z sebagai generasi yang lemah dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Apa penyebabnya mereka dibilang sebagai generasi yang lemah? Dan apakah hubungannya dengan stoikisme? Mari kita bahas.
Gen Z merupakan manusia yang lahir pada rentang tahun 1995 hingga 2010, pada generasi ini manusia sudah mulai hidup berdampingan dengan adanya perkembangan teknologi, sehingga merupakan hal yang lumrah ketika banyak anak-anak kecil yang sudah menggunakan handphone sebagai sarana bermainnya.
Gen Z erat dengan teknologi karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya teknologi tersebut tekanan lebih terasa.
Kemudian berdasarkan sumber yang dikutip dari halodoc, alasan selanjutnya mengapa Gen Z memiliki mental yang lemah karena "Kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi, termasuk pendapatan, pendidikan tinggi, pekerjaan, makanan yang lebih baik, perumahan mewah, transportasi yang nyaman, dukungan sosial, keamanan, dan lain-lain".
Lalu pertanyaannya dimanakah peran stoikisme sebagai filosofi hidup Gen z? Sebelum membahas dimana peran stoikisme, kita harus mengetahui terlebih dahulu, apakah itu stoikisme?
Stoikisme merupakan filsafat Yunani - Romawi kuno. Dalam sejarah, stoikisme lahir pada abad 301 SM, tokoh-tokoh yang stoikisme yakni seneca, marcus aurelius dan epictetus. Dalam ajarannya, stoikisme membantu kita dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dengan cara yang lebih tenang.
Kemudian saya merangkum beberapa nilai stoikisme yang dapat digunakan sebagai pegangan hidup Generasi Z:
Sebagai manusia kita hanya dapat mengontrol hal-hal apa yang dalam kendali kita, hal-hal yang diluar kendali kita sebaiknya kita tidak perlu cemas memikirkannya. Sebagai Gen Z kita hanya perlu mengendalikan hal-hal internal seperti usaha, doa, dan keinginan berjuang. Sedangkan untuk hal-hal yang tidak bisa kontrol seperti hasil, persepsi orang lain sebaiknya kita tidak perlu menghiraukannya.
Sebagai manusia kita tidak hanya mempersiapkan rencana-rencana baik, tetapi juga mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, sehingga ketika rencana baik tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi, kita mempunyai respons yang baik & tetap dapat berfikir untuk mendapatkan peluang lain.
Stoikisme dapat menjadi pilihan pegangan hidup gen z di era sekarang, tetapi perlu diingat stoikisme tidak dapat langsung berfungsi dalam hidup kita secara instan, filosofi ini perlu dilatih dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi lebih tenang dalam menjalani hidup dan akhirnya berdampak kepada kita lebih memfokuskan pada diri sendiri dibanding pada hal-hal yang tidak dapat kita kontrol.