Lihat ke Halaman Asli

Nilai dalam Pendidikan Kewarganegaraan: Belajar Melalui Pengalaman Hidup

Diperbarui: 23 April 2024   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam PKN berlaku pada postulat bahwa value is neither tought now cought, is learned. Postulat tersebut mengandung makna bahwa nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui proses belajar. 

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) tidak hanya sekadar tentang memahami konsep-konsep politik dan hukum, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai yang mendasar bagi setiap individu. Dalam konteks ini, terdapat suatu postulat yang sangat relevan: bahwa nilai (value) bukanlah sesuatu yang diajarkan atau ditangkap (caught), melainkan dipelajari (learned).

Artinya, nilai-nilai moral, etika, dan prinsip-prinsip dalam PKN tidak hanya dipahami melalui pengajaran langsung di kelas, tetapi juga dipelajari melalui pengalaman hidup sehari-hari. Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik itu dalam keluarga, sekolah, masyarakat, atau negara, mereka secara tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran nilai-nilai.

Penting untuk memahami bahwa nilai-nilai tidak hanya diserap secara pasif, tetapi juga diproses secara aktif oleh individu. Mereka belajar dari contoh dan teladan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka, dari pengalaman-pengalaman yang mereka alami sendiri, dan dari refleksi mendalam tentang tindakan dan keputusan yang mereka buat.

Sebagai contoh, seorang siswa tidak hanya belajar tentang pentingnya toleransi dan kerjasama dari buku pelajaran, tetapi juga dari pengalaman bekerja dalam kelompok di sekolah, dari interaksi dengan teman-teman dengan latar belakang yang beragam, dan dari proses penyelesaian konflik yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula, nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial tidak hanya diajarkan melalui kuliah atau presentasi di kelas, tetapi juga dipahami melalui pengalaman langsung dalam masyarakat. Misalnya, ketika seseorang terlibat dalam kegiatan sukarela atau partisipasi dalam proyek sosial di komunitas mereka, mereka belajar tentang pentingnya membantu sesama, tentang dampak positif yang dapat mereka berikan kepada orang lain, dan tentang tanggung jawab mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Dengan demikian, postulat bahwa nilai bukanlah sesuatu yang diajarkan atau ditangkap, tetapi dipelajari, menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan. Guru PKN tidak hanya menjadi pembawa informasi, tetapi juga menjadi fasilitator pembelajaran yang menginspirasi dan mendorong siswa untuk menjalani pengalaman yang berarti dan reflektif dalam perjalanan mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai kewarganegaraan dan moralitas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline