Lihat ke Halaman Asli

Geumsahamnida, Bahasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1415553227380648790


Norma Hariyanti, mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Psikologi semester 3. Yah, it’s me. Anggap saja aku lagi mengungkapkan isi kepalaku yang ujung-ujungnya menjadi coretan dalam blog-ku. Coretan-coretan ini akan mengungkapkan sebuah kisah yang ujung-ujungnya menjadi curhat. Dan ujung-ujungnya lagi adalah tentang aku, si gadis bernama Norma Hariyanti.

3 . . . 2 . . . 1. . . Pertunjukan Norma dimulai. Cekidooot

Bahasa. Salah satu jurusan di sekolah aliyahku tempat aku belajar tentang banyak hal. Satu-satunya jurusan yang menurutku aneh. Alasan? Semua memang harus ada alasan. Bagaimana tidak? Seperti yang sudah diketahui, Bahasa bukan suatu hal yang begitu sulit menurut kebanyakan orang dan hal itu dapat dilakukan melakukan pembiasaan. Semisal, kamu ingin bisa Bahasa Inggris dengan cepat, kenapa kamu tidak pergi saja ke luar negeri yang memakai Bahasa kesehariannya adalah Bahasa Inggris, atau Bahasa Perancis atau Bahasa Jerman atau dan atau Bahasa yang lainnya.

Awalnya jurusan yang sangat menarik adalah jurusan IPA. Karena cita-citaku adalah menjadi dokter, bagaimanapun caranya aku harus masuk jurusan IPA untuk menggapai cita-citaku tersebut. Pada saat tes IQ, hasilnya aku disarankan masuk jurusan IPS. Dari pihak sekolah aku disarankan masuk IPA. Namun apa dikata, tak dinyana tak dikira, jurusan BAHASA yang aku pilih pada akhirnya. Entah kesambet sesuatu di siang bolong atau apapun itu, aku juga tidak tau. Harus ku buang jauh-jauh cita-citaku untuk menjadi seorang dokter.

Tibalah dimana aku harus menentukan hidupku ke depannya. Setelah dokter, aku bercita-cita ingin menjadi Pramugari. Mungkin ini cocok dengan jurusan yang aku pilih sekarang. Di lain waktu aku ingin menjad guide, ini juga cocok dengan jurusan yang aku pilih. Tapi, sudahlah dijalani aja dulu. Untuk ke depannya, yaa apapun itu harus ku ambil pilihan yang tepat.

Anak Bahasa. Itu julukanku. Tidah semudah yang aku bayangkan sebelumnya. Disini anak Bahasa dituntut untuk bisa dan lebih bisa dalam berbahasa Inggris dan Bahasa Arab. Apalagi ditambah berkutat dengan sastra; puisi, cerpen, teater, dan lain sebagainya; ini membuatku berpikiran lain dengan jurusan Bahasa. Hari demi hari ku lalui, yah berjalan dengan lancar. Ini adalah pilihanku. Ternyata menyenangkan juga. Apalagi, kami, anak Bahasa tugasnya adalah membaca novel, nonton film, bahkan menonton televisi itu adalah sebuah kewajiban untuk mengerjakan tugas review dalam mata pelajaran sastra. Menyenangkan sekali bukan menjadi anak Bahasa.

Teman, pastinya menjadi motivasi disini. Aku mempunyai teman seperjuangan yang lucu dan unik dengan kepribadian yang berbeda. Banyak hal yang tidak dapat ku ungkapkan mengenai teman-temanku. Satu hal yang dapat ku torehkan, satu tempat untuk seseorang yang spesial yang lebih kurang selama 3 tahun ini menemani hari-hariku. Yap, siapa lagi kalau bukan namjachingu. Sebut saja SZ. Persamaan yang paling mendasar, aku dan SZ sama-sama anak Bahasa. Sering sharing bareng, saling tanya satu sama lain untuk menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Setiap hari bertemu. Bosan? Awalnya iya, lama-kelamaan tidak. Malah seneng setiap hari bisa bertemu dengannya. Apalagi kelas kami yang bertetangga. Sampai-sampai teman-temanku yang usil (plus iri mungkin :) ) pasti mengolok-olok kami. Tapi, seneng sih.

Bahasa. Sekali lagi karena Bahasa. Tepat saat bulan Bahasa. Pertama kali aku tau SZ. Padahal itu sudah 4 bulan setelah aku masuk jurusan Bahasa, namun aku baru tau aku punya tetangga si SZ itu. Saat aku menjadi panitia bulan Bahasa. Dimana panitia per sie memakai seragam sebagai identitas masing-masing. Nah, si SZ memakai putih hitam. Aku lihat-lihat wajahnya asing, masa iya anak Bahasa. Kalo anak Bahasa tapi aku kok nggak pernah lihat, batinku. Ku tanyain aja sama temenku, mbak Jazil, yang kala itu ada disampingku.

Iku sopo, mbak. Kok aku nggak pernah ngerti”, tanyaku.

Mosok, mbak. Lha iku lho, arek bahasa siji. Tonggone awak.e dewe”, jawab mbak Jazil

Pantesan nggak pernah lihat. Ternyata anak Bahasa 1, aku anak Bahasa 2. Tapi dipikir-pikir dia selama ini tetangga kelasku, tapi aku malah nggak tau. SZ, SZ. Aku nggak tau bagaimana awalnya, yang pasti akhirnya sekarang dia menjadi namjachingu.

Cinta. Apa ya kata-kata yang pas untuk mendefinikan cinta? Cinta adalah bla bla bla. Terserah kalian mau mendefininisikannya bagaimana. Yang terpenting , Bahasa di belahan Negara manapun akan mendefinisikannya dengan berbeda dengan artian yang sama.

Terima kasih untuk Bahasa, terima kasih untuk seseorang yang telah menciptakan abjad A—Z , Alif – Ya . Sungguh kuucapkan, geumahamnida, jeongmal geumsahamnida.

Sehingga aku bisa mengucapkan kalimat, kata, maupun hal yang sangat ingin ku ucapkan.

Untuk seseorang yang jauh disana, gimana kabar pean ? Aku harap kebaikan selalu mendampingi pean.

13 November 2014, aku ucapkan Saengil Cukkae, SZ. Saranghaeyeo, nomu nomu saranghae

By: Norma Hariyanti si SZ yeojachingu

Foto : dok. Pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline