Lihat ke Halaman Asli

Tentang Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah hujan itu. Bukankah kehadirannya begitu mereka rindukan? Namun saat ia datang, banyak dari mereka malah mengeluhkan. Mereka dahaga saat tak ada hujan, tapi malah menghujat saat hujan datang. Mereka takut basah, takut dingin, dan takut hujan menciptakan air bah. Mereka lupa sebelum hujan datang mereka juga takut. Takut kering, takut dahaga, takut suhu tinggi, bahkan takut lapar. Lalu hujan datang, menghapus ketakutan itu. Menciptakan ketakutan baru. Mereka selalu ketakutan hingga lupa cara untuk bahagia.

Siapakah hujan hingga begitu dirindukan namun juga begitu mudah dilupakan bahkan dielukan?

Hujan, ialah suatu bentuk yang jika diibaratkan hati, ia begitu tulus. Tak peduli diacuhkan, tak peduli dielukan, tak peduli jika mereka yang merindukan malah menghindari sentuhannya. Ia tetap datang disaat waktunya memang untuk datang. Diam-diam kehadirannya mengguyurkan kesejukan, menghapus dahaga. Diam-diam kehadirannya menciptakan kehidupan, menumbuhkan benih-benih kemakmuran. Menjadi salah satu alasan untuk berbahagia.

Siapa mereka hingga begitu merindukan hujan namun juga begitu mengeluhkan hujan?

Mereka mungkin segelintir yang melupakan jawaban dari pertanyaan.

Siapa yang menciptakan hujan? Siapa yang menciptakan air bah? Siapa yang menciptakan dingin? Siapa yang menciptakan kering? Dan siapa yang menciptakan mereka?

Siapa yang menyebabkan musim tak menentu (datangnya hujan)? Siapa yang menyebabkan datangnya air bah? Siapa yang menyebabkan dan membiarkan munculnya rasa takut?

Andaikan mereka benar-benar paham. Tak seharusnya ada ketakutan pada yang dirindukan, keluhan pada yang dinantikan, dan hujatan pada yang menghapus duka dan memberi kesejukan.

Mereka bukan yang memiliki hak untuk mengatur kapan hujan boleh datang dan kapan hujan tidak boleh datang. Bahkan hujan pun tak punya hak untuk itu.

Andai mereka paham. Merekalah yang seharusnya menyiapkan diri untuk menyambut pada yang dirindukan. Agar kelak saat yang dirindukan dan dinantikan itu benar-benar datang, mereka dapat memperlakukannya dengan baik. Melepas kerinduan dengan riang. Menikmati kesejukannya tanpa rasa takut.

Andai mereka paham. Bukan keluhan lah yang seharusnya mereka luapkan. Namun rasa syukur dan penerimaan. Seperti mereka mau menerima kesejukannya, mereka juga harus mampu menerima rasa dinginnya. Seperti mereka mau menerima benih-benih kemakmurannya, mereka juga harus mampu menerima air bah yang bisa saja ditimbulkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline