Lihat ke Halaman Asli

Manusia dan Perjalanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semuanya sudah cukup. Semua perjalanan saya selama ini sudah cukup membuka mata saya. Bahwasanya manusia dan alam hidup berdampingan, saling membutuhkan. Bahwasanya manusia dan manusia hidup berdampingan, saling membutuhkan. Selayaknya kita saling menjaga, bukan saling mengancam...

Untuk apa aku terus melangkah, melanjutkan perjalanan demi perjalanan jikalau langkahku hanya untuk menyenangkan diri sendiri, hanya untuk memuaskan rasa penasaran pada hal yang katanya baru. Bukankah lebih baik aku tetap tinggal namun memberi manfaat pada yang aku tinggali? Kadang aku iri dengan ibu-ibu di desa yang tak pernah letih memperbaiki generasi lewat pengabdiannya melalui pendidikan maupun pemberdayaan masyarakat di desanya, atau seorang ibu biasa yang dengan tulus dan tanpa mengeluh membesarkan anak-anaknya lewat kasih sayang juga ilmu agama. Atau aku ingin menebarkan manfaat di muka bumi lewat perjalanan seperti orang-orang terdahulu? Seperti para ulama yang berdakwah lewat perdagangan, atau para ilmuwan yang menghasilkan penemuan barunya lewat berbagai penjelajahan. Ah, terlalu berlebihan, aku hanya gadis biasa. Gadis yang menyukai perjalanan namun tak ingin melupakan kodrat sebagai perempuan.

Ngomong soal manfaat, manfaat apa yang bisa aku berikan baik di tanah yang sedang kuinjak ini maupun di bumi seberang yang ingin aku kunjungi? Aku yang hanya manusia biasa ini hanya memiliki sedikit ilmu dan nyaris tak memiliki keahlian. Lalu manfaat apa? Sudah waktunya manusia biasa ini memperbaiki diri, membekali diri dengan keahlian agar kelak tak hanya menjadi beban.

Cukup sudah. Musafir ini ingin menghentikan perjalanannya ketika ia menyadari satu hal. Pada akhirnya tempat yang paling ingin ia kunjungi adalah tempat yang begitu indah. Tempat dimana dibawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir...

Namun bukan berarti musafir ini ingin benar-benar berhenti dari berjalannya. Jikalau suatu saat kehadirannya dibutuhkan di tempat lain, ia tak akan segan untuk melangkahkan kakinya sejauh apapun itu. Tujuannya hanya satu, menjadi sebaik-baiknya manusia. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang panjang umurnya dan yang baik perbuatannya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline