Lihat ke Halaman Asli

di kusrsi yang sudah usang, dia duduk terdiam dalam lamunan asanya bersama semilirnya angin dan terik matahari.

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

terdiam dalam lamunannya bersama semilir angin di bawah terik matahari. itulah pemandangan yang kulihat tadi, seorang kakek menikmati siangnya dengan duduk terdiam melihat orang yang lalu lalang. pancaran matanya berisi harapan. aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam benaknya saat itu. di hadapannya haya ada beberapa jenis buah yang ditata di pinggir sebuah rumah makan. mata sendu penuh asa, kulit hitam legam yang keriput, mungkin karena sering berada di bawah terik matahari. namun kegigihannya tidak pernah pudar. hati yang selalu penuh syukur tampak tampak dari senyum ramahnya. setiap helaan nafasnya dia berharap ada orang-orang yang berbaik hati yang akan membeli dagangannya. di kusrsi yang sudah usang, dia duduk terdiam dalam lamunan asanya bersama semilirnya angin dan terik matahari. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline