Lihat ke Halaman Asli

Langkah Awal Menuju Cita-Cita

Diperbarui: 17 September 2024   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Langkah awal menuju Cita-cita
Shalom...
Saya seorang Mahasiswa ,dan ini adalah kesaksian saya sebelum saya menjadi Mahasiswa Theologia.

Saat mentari pagi menyapaku dengan lembut,
aku menyadari bahwa setiap hari adalah halaman kosong,
siap diisi dengan cerita yang belum pernah terungkap.

Seperti embun pagi yang menari di atas daun,
harapan itu pun berkilau,
 menunggu untuk diukir dalam kisah yang belum tertulis.

         Sebelum saya memutuskan untuk masuk kampus Theologia, ada banyak sekali impian/Cita-cita yang saya inginkan, saya pernah bercita-cita ingin menjadi seorang Dokter, saya pernah bercita-cita ingin menjadi seorang Hakim, Guru dan saya juga pernah ada kerinduan ingin menjadi seorang hamba Tuhan. Harapan dan impian inilah yang menjadi dasar penyemangat saya untuk sungguh-sungguh dalam proses yang saya jalani. Namun, ternyata Tuhan membawa saya ke tempat saya saat ini untuk menjalani proses sebagai Mahasiswa Theologia. Inilah kisah Sebelum saya akhirnya memutuskan untuk memulai pendidikan di kampus ini.
         

April, 2024 tepatnya setelah kelulusan dari SMA, bagiku adalah bulan yang penuh dengan dilema, dimana aku harus memilih untuk melanjutkan pendidikan disamping orang tua atau sebaliknya. Aku telah terbiasa hidup bersama Orang Tua dari kecil hingga tamat SMA.Ini membuatku bertanya, apakah saya bisa mandiri tanpa mereka? Bagaimana saya jika tanpa mereka? Demikian juga mereka yang begitu berat mengizinkan saya untuk pergi ketempat yang jauh demi mempersiapkan masa depan yang saya impikan. Ini hanya bagian dari dilema akan perpisahan kami, namun bagaimana dengan impian akan masa depan yang ingin saya capai?

Bagi sebagian besar anak SMA, lolos di Perguruan Tinggi Negeri adalah suatu hal yang sangat diinginkan, begitu juga dengan saya. Keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu alasan saya ingin masuk ke PTN,agar bisa mendapat biaya yang murah/beasiswa kuliah. Dengan salah satu alasan ini,sejak dari masuk SMA saya  belajar keras, saya ingin sukses, saya ingin masa depan yang akan saya jalani nantinya adalah impian yang saya kerjakan dari sekarang. saya ingin menjadi Sarjana pertama di keluarga saya. Selama 3 tahun di SMA aku sangat menikmati proses itu. Ada banyak hal yang memang membuat saya sering down, namun disamping itu, saya selalu melihat bahwa berkat Tuhan jauh lebih besar dari tantangan yang saya hadapi saat itu. Selama 3 tahun di SMA, saya merasakan berkat Tuhan yang begitu melimpah dalam diri dan keluarga saya, baik itu melalui prestasi disekolah, hubungan/relasi dengan orang-orang sekitar, sahabat, Teman-teman dan sebagainya.

Pada saat kelas 2 SMA, Saya di sidikan dan melalui pembelajaran sidi, pengenalan akan Tuhan, itu membuat hati saya memiliki kerinduan  ingin menjadi seorang hamba Tuhan. Namun, kerinduan itu hanya saya simpan dalam hati, saya tidak pernah mengungkapkannya.  Sejak saya di sidikan saya berkomitmen memulai hidup yang lebih Takut akan Tuhan dan saya ingin menjadi seorang hamba Tuhan. Saya juga selalu berdoa untuk keluarga saya yang tidak terlalu dekat dengan Tuhan.Bapak saya jarang ke gereja, namun saya selalu berdoa untuk bapak.
 

Kelas 3 SMA, karena terdaftar sebagai siswa eligible, maka saya tetap mencoba untuk daftar masuk Perguruan Tinggi Negeri, dan saya adalah salah satu siswa yang lolos dari siswa eligible yang sudah mendaftar. Saya begitu bahagia ketika mendengar pengumuman ini.Namun, Orang Tua saya amat berat rasanya  jika saya harus pergi kuliah di tempat yang jauh. Ini lah yang menjadi dilema bagi saya. Saya terus bergumul dan berdoa kepada Tuhan kemana saya akan pergi untuk melanjutkan langkah masa depan saya.Dalam keadaan ini saya sering overthinking, saya mengalami kekecewaan,dan dengan keadaan ekonomi yang tidak mendukung saya untuk kuliah, saya mulai putus ada dan saya berencana untuk menganggur, ingin bekerja terlebih dahulu.Saat itu saya masih dalam keadaan kecewa dan hilang harapan, saya tidak ada tujuan untuk melangkah dan saya mulai bertanya apakah masa depan itu sungguh ada?

Di hamparan malam yang sunyi, aku termenung,
Cita-cita yang dulu benderang kini meredup,
Seperti bintang-bintang di angkasa yang membayang,
Tertutup awan kelam, tenggelam dalam kelam.

Kusapa impian yang kini jadi debu,
Berharap, namun tangan kosong tak dapat meraih,
Dulu penuh gairah, kini redup dan beku,
Cita-cita jadi beban yang tak mampu kubawa.


Satu bulan berlalu, saya mencoba berdamai dengan keadaan saya, saya kembali bertanya tujuan hidup ini sebenarnya apa dan untuk siapa?Dan saya tiba-tiba memikirkan kembali kerinduan saya ingin menjadi hamba Tuhan, dengan segera saya mencari informasi tentang sekolah Theologia, saya bertemu dengan seorang hamba Tuhan, membantu saya mencari Sekolah Theologia dan pada akhirnya saya menemukan kampus STT di parapat, dan saya siap untuk menjalani proses disini.Saya begitu bersemangat ketika Saya dinyatakan lolos seleksi ditempat ini, dan saya berkomitmen ingin menyelesaikan pendidikan ini sampai selesai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline