Mungkin aku egois, aku tak pernah bisa lari dari sifatku yang satu ini. Aku pikir aku bisa jujur. Tapi sungguh, bukankah hubungan dua insan itu tak hanya berkaitan dengan insan satu dan insan kedua saja? Aku butuh teman. Dan tidak semua hal bisa ku katakan padamu. Ada beberapa hal yang menurutku lebih nyaman ku sampaikan pada seorang teman. Bukankah banyak pemikiran lebih baik dibanding dengan hanya pemikiran dua orang, hanya pemikiran antara kau, juga aku.
Dan malam kemarin, entah mengapa kantuk-ku tiba-tiba hilang. Tak ada lagi semangat berpeluk bantal di bawah kelambuku. Ku coba menghubungimu, ku kira kau belum tertidur. Tak biasanya kau tak bisa di hubungi. Bukankah kau sendiri yang bilang, bahwa kau tak pernah bisa terlelap sebelum lewat tengah malam? Ini baru setengah dua belas. Menjelang tengah malam memang. Berkali-kali ku hubungi, tak ada hasil. Ku coba menenangkan diri, mengambil air wudhu dan mensucikan diri. Mungkin dengan shalat dua rakaat disertai membaca kitab suci akan membuat kantukku segera datang. Paling tidak begitulah biasanya.
Sudah pukul dua. Tapi kantuk yang ku undang, tak jua datang. Ada apa ini? Apa semua ini berkaitan dengan hubungan kita? Ah, aku jadi khawatir kau masih ragu. Tentu saja ragu atas aku.
***
"Sayangku mungkin tak sebesar sayangmu padaku, tapi aku yakin, yang aku rasa ini adalah rasa sayangku yang juga tulus", kataku.
"Mungkin sayangmu cuma sedikit, tapi dengan rasa sayang yang sedikit itu aku akan jaga supaya sayang itu tetap ada", aku bahagia. Kau tahu itu?
Pagi itu, kita bertengkar hebat. Tak secara langsung memang, tapi pengakuan atas pengintaianmu membuatku begitu sakit hati. Ya Tuhan, mengapa aku jadi merasa terikat begitu kencang? Apa aku salah merasakan hal ini sedang kau tak pernah sedikitpun menaruh rasa sakit hati atas perlakuanku yang terkadang menyakitkan atau kalimat yang tak sengaja membuatmu seharusnya merasa perih? Semua yang ku lakukan tak pernah membuatmu mengurangi rasa kasihmu terhadap aku.
Sayang, yang aku minta tak pernah muluk. Hubungan kita tak hanya sebatas antara aku dan kamu saja. Sekali lagi, aku juga butuh teman. Bukankah setiap kali kita bermasalah, aku selalu mengungkapkan apa keinginanku terhadapmu? Tapi kau tak pernah berubah, ah bukan tak pernah. Lebih tepatnya belum juga berubah. Aku yakin kau sudah berusaha. Bukan, bukan sudah, tapi sedang berusaha. Dan permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah bagian dari usahamu yang belum juga tercapai. Mungkin sebentar lagi. Aku tak boleh berpikir negatif, sama seperti apa yang kau lakukan kepadaku. Selalu berpikiran positif.
Sayang, aku tahu kau ingin selalu membuat senyumku mengembang. Caramu memang tak selalu baik, dan yang satu ini terlalu jahat bila aku bilang "Kau membuatku selalu menangis", itu hanya kalimatku yang ingin membuatmu menjadi merasa terpojok. Jika dibandingkan dengan kebahagiaanku, bahagiaku jauh lebih banyak. Dan semua itu, adalah atas usahamu.
Jika kau bilang ingin pulang, sesungguhnya aku selalu ingin kau datang. Dan bila aku bilang aku tak usah pulang, itu adalah kamusku sebagai wanita. Sesungguhnya aku ingin kau ada, kau datang untuk disampingku, Sayang.
"Secara fisik, aku memang gak ada buat kamu. Tapi aku selalu ada untuk menemani kamu", dan aku hanya mampu tersenyum bahagia tanpa mampu terlihat olehmu. Aku yakin kau merasakannya.