[caption id="attachment_160857" align="alignright" width="298" caption="Gadis Bukan Perawan ilustrasi : female.kompas.com"][/caption]
Gadis itu, memanggilku Kakak. Kak Rika. Sedikit terkejut memang, sebab sebelumnya aku sama sekali tak mengenalnya dengan baik. Sampai akhirnya seorang kawan lama, menanyaiku tentang seorang gadis yang diakuinya adalah pacar barunya dan ia adalah adik kelasku dulu saat masa sekolah.Dan, aaah. Bukan main terkejutnya aku..
Karena beberapa hari kemudian, gadis yang dimaksud itu muncul dalam list add friend request di facebook-ku. Tanpa pikir panjang pula, segera ku approve request-nya. Tak ada salahnya juga menerima, toh ia juga adik kelasku. Mutual friend-nya pun cukup banyak.
Dan dari situ pula, aku kembali terkejut membaca status-nya yang cenderung frontal dengan kata-kata kasar serta putus asa. Ada apa? Dan lebih terkejut lagi ketika ia mengajakku chatting via FB dan dengan lembut memintaku mendengar seluruh keluh kesah yang menghampiri hidupnya.
“Kak, aku stress”, katanya. Segera ku tanya apa yang menderanya sampai kalimat itu muncul. “Aku hamil..” hah? Sejauh itukah gaya pacarannya? “Udah mau empat bulan..”,ya Allah.. “Aku gak tau apa yang harus aku lakuin? Yang jelas aku gak mau ngegugurin..” aah, nalurimu. Sudah seharusnya memang, sebagai calon ibu. “Pacarku mau nikahin aku, tapi syaratnya aku harus ngegugurin” begitukah pikiran semua pria? Tak bisa menerima resiko atas apa yang sudah dilakukannya? Hm..
“Orangtuaku belom tau.. aku takut banget..” pasti. Bila aku ada diposisimu, aku pasti takut mereka kecewa terhadap apa yang telah ku perbuat. Mempermalukan mereka, keluarga. “Aku pengen bunuh diri, Kak. Aku bener-bener bingung.” Astagfirullah.. Jangan punya pikiran seperti itu Dek. Sungguh aku tak habis pikir. Belum lagi sang kekasih hanya bermodal nafsu, nafsu cinta dan nafsu birahi. Dan sama sekali tak memiliki nafsu tanggung jawab. Nasibmu..
Lama tak kudengar lagi kelanjutan kabar darinya, sekitar sebulan kemudian ia kembali menghubungiku. “Kak, aku udah ngegugurin kandunganku”, ya Allah.. bukankah dulu kamu bilang tak akan menggugurkan bayi tak berdosa itu? Kenapa sekarang kamu justru membunuh bayi itu? “Tapi dia masih gak mau nikahin aku, Kak”. Janji palsu yang kau terima Dek. Kasian kamu, dosamu pasti berlipat ganda. Sekarang Ibunya memboyongnya ke Jakarta. “Aku gak pengen di Jakarta, Kak. Aku muak sama Ibu.” Ada apa gerangan? Bukankah Ibu adalah tempat berlindung. “Aku begini juga karena Ibu, aku gak sudi tinggal bareng Ibu sama cowok kumpul kebo-nya!”, Astagfirullah.. sebegitu rumitkah hidup-mu? “Tolong aku, Kak..”
Dan Dek, aku minta maaf. Tak bisa banyak membantumu kecuali memberimu arahan ke jalan yang benar. Aku hanya mampu belajar dari cerita dan kehidupanmu. Biarlah kau jalani apa yang harus kau lalui. Dan sebagai gadis tak perawan, semoga kau temukan pria yang jauh lebih baik dan menerima apa adanya kamu dan hidupmu..
*Dikutip dari pengalaman pribadi seorang Adik
♥ Noriez
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H