Lihat ke Halaman Asli

Hari yang Mengajariku untuk Tegar

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini, entah apa yang mengabuti perasaan dalam dada ini. Pagi-pagi sekali, setelah sampai di kantor ku beranikan diri untuk mengirim permintaan pertemanan via facebook kepada seorang kawan lawa. Pria hitam manis itu, nampak berstatus bertunangan dengan seorang wanita yang jujur tak ku ketahui siapa gerangan dan bagaimana wajahnya karena wanita itu hanya menggunakan foto siluet matahari terbenam sebagai foto profilnya.

Kupikir, sudahlah. Tak ada gunanya juga aku cari lebih lanjut, dalam hatiku hanya ingin menyambung silaturahmi yang lama terputus karena penolakan atau lebih tepatnya, mengambangkan pernyataan cinta dari si pria ini. Mungkin sudah tak terbendung rasa sakit hati dan tak percaya atas apa yang ku lakukan kala itu. Berbagai pesan dan telepon masuk yang kutujukan padanya tak pernah terbalas. Percuma mungkin ku sempatkan diri untuk tetap menyambung silaturahmi ini. Tapi keputusanku sudah bulat. Ku coba kirim permintaan pertemanan itu dengan harapan, pria diseberang sana masih mau menerimanya.

Tak disangka, ketika sore ini ku coba log in ke facebook, ku cari profilenya. Dan DAMN. Entah kenapa hati ini berdebar begitu kencang, ada perasaan tak terima dan sakit hati serta ribuan kecewa, putus asa dan sesak dalam dada ketika ku dapati diabaikannya permintaan pertemananku. Aku begitu tak tahu apa alasan semua itu. Serta tak tahu pula, bagaimana dalam dada ini seolah ada perasaan tertusuk. Sedang di ujung kerongkongan seolah tak dapat berucap lagi..

Ku coba tetap tegar dan sabar, serta mengusir segala pikiran negatif yang muncul bertubi-tubi. Dan bila memang itu pilihannya untuk memutuskan silaturahmi ini, sudahlah ku terima dalam diam.

Jujur aku merasa perasaan ini tak wajar. Kucoba hubungi satu per satu kawan yang berkaitan dengannya, tapi sudahlah. Kuhentikan segala upaya itu, ku coba tuliskan segala rasa itu dalam rangkaian kata penuh makna di sini..

Jakarta, 7 Juni '10




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline