Puasa dalam pengertian etimologi (bahasa), adalah menahan (imsak). Sedangkan menurut termenologi (istilah) adalah menahan dari segala hal yang dapat membatalkan puasa pada seluruh siang dengan niat tertentu. Puasa ramadhan hukumnya fardu ain, merupakan puasa yang wajib di lakukan oleh setiap individual seorang muslim yang sudah di sepakati oleh seluruh ulama'. Sehingga jikalau ada seorang di antara manusia ingkar, enteng dan meremehkan akan puasa ramadhan maka iya termasuk orang yang kufur, kecuali bagi orang yang tidak tahu sama sekali terhadap islam serta kandungan hukum yang ada di dalamnya, termasuk keberlangsungan puasa di karena, mungkin orang itu lahir jauh dari pada darul islam atau jauh dari keberadaannya ulama' sehingga kabar tentang adanya islam tidak sampai padanya. Namun perlu di ketahui sertai di sadari bersama oleh seluruh ummat manusia, bahwa semakin berkembang pesatnya teknologi yang cakupannya sudah menyeluruh berskala internasional, memberikan pengertian bahwa tidak mungkin ada ada orang atau sekelompok orang yang tidak mengetahui tentang kabar islam itu sendiri. Karena dengan alat bantu teknologi canggih akan semakin mudah mengakses adanya kabar islam tersebut sehingga pengecualian di atas, berlaku di era agraris yang seluruh alat pakainya masih menggunakan manual atau tradisional.
Puasa merupakan suatu amalan salah satu rukun islam yang sangat istimewa, karena banyak keberuntungan yang akan di peroleh oleh para aktornya. Sehingga di katakan bahwa puasa adalah satu per-empat iman sedangkan Nabi Muhammad mengatakan bahwa "Puasa adalah separuh dari sabar" sedangkan "sabar adalah separuh dari pada imam". Sungguh banyak sekali ungkapan-ungkapan terbaik dari Allah, Rasul dan ulama' yang di kabarkan kepada manusia tentang keutamaan melaksanakan puasa, sehingga di katakan pula oleh Allah pada ayat berikut "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang di cukupkan pahala mereka tanpa batas". Berpuasa merupakan bentuk abdi (menghamba) manusia kepada tuhannya, sebagai bukti mentaati aturan (rule) salah satu rukun islam yang ketiga. Sehingga di katakan oleh Syaikh Musthofa al-Gholayaini mengatakan dalam salah satu karya indahnya (Izdotunnasihin) dengan membagi sabar menjadi tiga pada objek yang berbeda, yaitu sabar akan maksiat, sabarkan akan ujian yang selalu di berikan oleh Allah dan sabar atas bakti seorang hamba dalam melaksanakan segala bentuk perintah dan larangan kepada tuhannya (taat) termasuk di dalamnya adalah sabar dalam melaksanakan puasa.
Merupakan nikmat yang sangat luar biasa bagi seorang hamba yang dapat melaksanakan bulan puasa sesuai apa yang di perintahkan Allah dan Rosulnya kepada kita semua. Bahkan jikalau berbicara perihal puasa maka puasa adalah amalan yang jauh lebih di istimewakan oleh Allah dengan memberikan bagian yang beda dan lebih istimewa dari bagian yang lainnya. Seperti ungkapan Allah kepada nabi berikut " Setiap amal kebaikan akan di lipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat kecuali amalan puasa, Aku sendiri yang akan membalasnya. Bagi kita yang masih di berikan nafas tanpa tersendak, keluar tanpa ada kendala dan sekarang masih bisa bernafas lega maka merupakan syukur yang pantas di panjatkan karena masih di pertemukan dengan ramadhan yang sekarang untuk melaksanakan perintah yang pahalanya tidak di batasi, pahalanya menjadi tanggung jawab Allah dengan tanpa batas yang seperti batas pahala yang di tentukan pada pahala amalan lainnya.
Jika kita mau sadar, mau melihat dengan mata yang benar maka kita akan meresakan kesedihan yang amat dalam, karena betapa banyak orang-orang pernah kumpul bersama kita sudah tiada karena mendahui kita semua. Mereka yang sudah tiada meminta kepada tuhan untuk hidup walau hanya sekejab mata, agar bisa menikmati nikmatnya bulan suci ramadhan yang penuh berkah, penuh ampunan, penuh kebersamaan, punuh suka, penuh kebahagiaan, penuh al-Qur'an dan penuh nikmat yang di rasakan secara bersama-sama. Sungguh merugi bagi hamba yang tidak bisa merasakan nikmatnya bulan puasa, tidak bisa membuat tuhan mencintainya dengan menghapus segala dosanya, tidak bisa merekasakan cinta kasih tuhannya yang sudah di tuangkan lewat puasa, lewat lantunan syahdu al-Qur'an di surau-surau bergemuruh, lewat manusia yang saling menyapa, bermaaf-maafan dan saling shodaqoh satu sama lainnya. Sungguh sangat menyedihkan bagi seorang hamba yang menyia-nyiakan mumen ini, sungguh penyesalan yang di rasakan amat sangat oleh ahli kubur yang pernah hidup di bulan yang penuh berkah tapi iya tidak mendapatkan keberkahan itu, hidup di bulan penuh ampunan tapi tidak mendapatkan ampunan itu, hidup dibulan al-Qur'annya di turunkan tapi tidak mengambil kemudian menbacanya dengan penuh haru, tadabbur sehingga membuat tuhannya menyayanginya, hidup di bulan penuh kebahagiaan tapi tidak mendapatkan kebahagiaan, hidup di bulan penuh kasih sayang tapi tidak mendapatkan kasih sayang di karena menyibukkan diri dari hal-hal yang menurutnya adalah sumber kebahagiaan padahal itu adalah sumber kemurkaan tuhan.
Ihwal puawa di wajibkan bagi seluruh orang mukallaf, tidak ada perbedaan kewajiban bagi orang awam maupun orang alim porsi kewajibannya sama tidak ada yang membatasi. Namun dalam masalah tingkatan hasil dari berpuasa ulama membaginya menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Puasanya orang awam (umum) yaitu menahan diri dari perut dan kemaluan dalam memenuhi keinginan syahwat atau hawa nafsu.
2. Puasanya orang istimewa (husus) yaitu puasanya orang yang menahan diri pendengaran yang tidak baik, penghilatan yang maksiat, lisan yang akan mengeluarkan kata-kata kotor, tangan yang menimbulkan mudorot atau bahaya dhohir maupun batin pada diri sendiri dan orang lain, kaki yang akan membuat sampai pada perbuatan yang tidak di ridho'i dan menahan seluruh anggota tubuh (jawarih) dari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa.
3. Puasanya orang yang sangat istimewa (khususil-khusus) yaitu puasanya orang yang selalu menjaga hati (puasa hati) dari seluruh keinginan-keinginan duniawi dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan diri dari segala sesuatu selain Allah Azza Wajal.
Banyak mubaligh memberikan nasehat, bahwa jangan sampai puasa ini hanya mendapatkan lapar dan dahaga tidak mendapatkan rahasia puasa itu sendiri, keutamaan-keutamaan di baliknya. Apalagi oleh Nabi Muhammad di ceritakan sebagai kabar bagi ummatnya kita semua bahwa "Didalam surga terdapat pintu yang bernama rayyan, dimana tidak akan ada yang memasukinya kecuali mereka para ahli puasa (shoi'mun), karena itu sudah di janjikan akan bertemua dengan Allah sebagai balasan dari hasil puasanya". merupakan sebuah ungkapan yang tidak bisa di nilai dengan harga nominal karena nominal tidak berarti apa-apa di bandingkan isi ungkapan tersebut. Setiap hamba yang di janjikan oleh tuhannya untuk bertemu berarti dia adalah hamba yang di pilih untuk bertemu, di pilih sebagai hamba yang selamat, sedangkan selamat di dunia masih bisa di beli dengan harta jika kaitannya dengan manusia sedangkan keselamatan di akhirat adalah murni muthlak (abusolut) milik Allah semata. Sedangkan kita semua hambanya adalah hamba yang selalu mengharapkan itu dari-Nya.
Ungkapan berikutnya "Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah" hadis ini sangat tepat untuk di aplikasikan sekarang jika pertimbangannya, kita tidak sedang malakukan ibadah. Karena dengan segala macam kemungkinan-kemungkinan yang di lihat, di dengar, di ucapkan, gumaman hati, menghadiri tempat maksiat dan semua pekerjaan anggota tubuh jika tidak sedang melakukan ibadah maka untuk membuat semua jawarih berpuasa adalah dengan melakukan tidur, tapi sesuai batasan-batasan sebagai orang islam yang memiliki kewajiban lainnya. Karena kadang kita tidak menginginkan mendengar sesuatu tapi karena berada di suasana yang salah, tempat yang kurang baik dan orang yang kurang tepat, maka kita akan kena imbasnya.
Adalah kebaikan yang pahalanya tidak di publikasikan oleh Allah adalah pahala puasa saking besar kebajikannya dan saking istimewa isinya. Karena didalam bulan puasa ramadhan semuanya barokah, doa-doa secepatnya akan di ijabah, pintu maaf dari tuhan serta hambanya saling terbuka lebar untuk melebur dosa-dosa yang lalu. Kesempatan untuk melakukan dosa, godaannya sudah di kurangi dengan di ikatnya para pengganggunya, dengan kita melaksanakan puasa, sedangkan bagi orang yang tidak melaksanakan puasa maka tidak ada bahasa setan di kurung bagi orang tersebut. Sebenarnya, tuhan itu kurang apalagi menaburkan rahmanya kepada hambanya. Di katakan oleh Rosulullah SAW. "Ketika sudah memasuki bulan puasa ramadhan, maka pintu-pintu surga di buka dan pintu-pintu neraka di tutup serta setan-setan di belenggu.