Lihat ke Halaman Asli

Norberth Javario

Pengelana Ilmu

Yngwie Malmsteen, Euro 2024 yang Membosankan, dan de la Fuente

Diperbarui: 15 Juli 2024   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshoot dari siaran langsung Final Euro 2024

Para penggemar musik rock tentu tak asing dengan Yngwie Malmsteen, salah satu gitaris kelas dunia yang diakui teknik dan kecepatan bermain gitarnya di atas rata-rata. Jika dibuat daftar dewa gitar, tentulah gitaris asal Swedia yang namanya sulit diucapkan ini termasuk di dalamnya. Namun ciri permainannya yang mengandalkan kecepatan dan arpeggio dinilai membosankan banyak pihak.

Membosankan merupakan kata yang pas dari final Piala Eropa 2024 melibatkan dua tim klasik yakni Spanyol dan Inggris. Seperti permainan Yngwie Malmsteen yang itu-itu saja serta mudah ditebak, begitulah kesan kuat yang muncul dari kedua tim. Inggris tampil dengan formasi 3-4-2-1 guna meladeni Spanyol yang konsisten dengan formasi paten 4-2-3-1. Tak ada situasi istimewa yang tercipta, tak ada terobosan berani, tak ada kreativitas yang mengundang decak kagum. Semua sudah bisa dibaca masing-masing lawan, semua bisa diantisipasi. Semua bersifat textbook! Nama-nama besar dari klub-klub top Eropa tak menjamin keseruan permainan. Yngwie Malmsteen, si dewa gitar itu tak sendiri. Final Euro kali ini - seperti gambaran umum Euro 2024 -- memang membosankan.

Untunglah kesan itu perlahan sirna manakala babak kedua dimulai. Di menit ke-47, dua bocah penuh bakat Spanyol penghuni sayap menampilkan kerjasama apik guna memberi pukulan pada pendukung Inggris sekaligus menerbangkan pendukung Spanyol ke awang-awang. Dari area kanan, Lamine Yamal menusuk ke kotak penalti Inggris dan memberi umpan datar yang diselesaikan sempurna oleh Nico Williams. 1-0 untuk Spanyol!

Gol ini membuat tensi pertandingan meningkat. Inggris melakukan segala cara demi mengejar ketinggalan, namun Spanyol sesekali membahayakan dengan serangan baliknya. Kerja keras Inggris terbalas pada menit ke-73 saat kaki kiri Cole Palmer secara akurat menempatkan bola di sudut kanan gawang lawan. Meski dihadang barisan bek berlapis namun bola secara brilian mencari jalurnya sendiri. Unai Simon sudah benar bergerak menutup gawangnya namun bola tak kuasa dijangkau. Skor 1-1!

Setelah itu serangan silih berganti dipergakan kedua tim. Kemenangan Spanyol dipastikan di menit ke-86 kala sontekan pemain pengganti Mikel Oyarzabal memanfaatkan umpan tak terduga-duga dari bek kiri Marc Cucurella. Umpan tajam ini menmbuat bek John Stones kalah seperseikan detik, tak sempat menutup area musuh. Bellingham dkk mengerahkan segala cara guna menyamakan skor namun nihil. Barisan muda Spanyol pun berpesta merayakan gelar Piala Eropa keempat bagi Spanyol.

***

Hari ini sepak bola mendapatkan keadilannya di mana tim terbaiklah yang mengangkat trofi juara. Menyimak apa yang ditampilkan Spanyol sejauh ini, kredit besar pantas disematkan ke Luis de la Fuente. Orang inilah yang bertanggung jawab membawa Spanyol hingga ke titik ini. Mungkin ia mewajibkan para pemainnya menonton video Xavi, Iniesta, Fabregas, atau Xabi Alonso dalam menerima bola, menahan bola, menggocek, mengumpan, atau menutup lawan. Apa yang ditampilkan Dani Olmo, Fabian Ruiz, dan Rodri sangatlah mengagumkan sehingga mereka secara luar biasa selalu menguasai lapangan tengah, siapa pun lawannya. Begitu mereka memegang bola, dunia serasa dikuasai. Jika musuh tak awas, pergerakan mereka langsung menyakiti. Pun jika lawan menguasai bola, mereka bergerak sedemikian rupa membuat musuh tak nyaman. Visi permainan mereka luar biasa.

Screenshoot dari siaran langsung Final Euro 2024

Luis de la Fuente sukses memadukan potensi bakat-bakat remaja Spanyol jadi satu kekuatan menakutkan Eropa. Dengan trofi UEFA Euro 2024, Luis de la Fuente sukses mensejajarkan namanya dengan Luis Aragones dan Vicente Del Bosque. Dua nama ini sukses menjadikan Spanyol raja diraja Eropa dan dunia tahun 2008 hingga 2012. Inilah masa keemasan sepak bola Spanyol tak tertandingi tim mana pun di mana mereka menjadi juara tiga turnamen mayor berturutan, mulai dari Euro 2008 dengan membuat Jerman menangis, Piala Dunia 2010 dengan menaklukkan Belanda, dan kembali jadi juara Euro 2012 dengan membantai Italia.

Berkat racikan de la Fuente, kita bisa melihat bahwa Spanyol tak tertandingi tim mana pun pada Euro edisi ini. Ia membuat Spanyol 100 persen menang dan produktif mencetak 15 gol, jumlah terbanyak tim yang diciptakan  tim dalam satu edisi sepanjang sejarah, Sungguh hebat pria plontos berusia 63 ini. Ia menawarkan wawasan baru permainan manakala tim-tim Eropa bermain hati-hati dan amat textbook. Di tangannya, kita bisa menikmati bakat hebat Lamine Yamal dan Nico Williams meledak dari sisi lapangan dengan kreativitas mereka. Ia tak gentar dituduh berspekulasi saat meminggirkan Real Madrid dan Barcelona sebagai kontributor terbesar untuk Timnas Spanyol. Yang ditawarkan de la Fuente adalah perpaduan tiki-taka, oportunis serta pragmatis menyatu dalam 90 menit permainan. Di bawah kendalinya, nampak bahwa sistem permainan La Furia Roja ini bakal berkelanjutan, membuat pelatih timnas lain bakal tak nyenyak tidurnya hingga 2026, kala masa kerja de la Fuente berakhir.

JAVARIO




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline