Lihat ke Halaman Asli

Norberth Javario

Penjaga Perbatasan

Deja Vu 1986, Dewa Zeus, dan The Perfect Storm

Diperbarui: 11 Januari 2023   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesedihan pemain Prancis (Sumber: Screenshoot dari Vidio)

Sebelum laga final dimulai, publik bola mendapati begitu banyak persamaan situasi Argentina saat ini dengan situasi Argentina tiga puluh enam tahun silam. Relatif mudah untuk mencari benang merahnya.

 Silakan Anda mencari berita mengenai sepak terjang Diego Armando Maradona lalu bandingkan dengan apa yang diberikan Lionel Andres Messi buat Argentina sejauh ini. 

Pola-pola begitu mirip bergerak membentuk plot cerita antara dua tokoh tersebut. Singkat cerita, para pendukung Argentina berharap dapat merajut mimpi indah serupa dengan mimpi yang ditiupkan Maradona di Piala Dunia Meksiko 1986, di mana Argentina keluar sebagai juara setelah menghempaskan perlawanan gagah berani tim Jerman Barat.

Seperti tiga puluh enam tahun lalu, lawannya kini pun berasal dari Eropa. Tetapi bukan Jerman. kita perlu bergeser ke arah Barat Daya guna menjumpai lawan tangguh kali ini: Prancis.

Di luar dugaan, Argentina menempatkan Prancis dalam kesengsaraan tak terperi. Tak heran Argentina bisa memimpin 2 gol, terus mempertahankan kepercayaan diri, dan begitu nyaman dalam mendikte permainan. Setidaknya sampai menit ke-80.

Tak dinyana, hanya dalam dua menit - bagai Revo Koperasi - Les Bleus melaju kencang, lalu sim salabim, tiba-tiba papan skor menunjukkan angka 2-2! Penagih bermotor Revo sukses menjumpai krediturnya! Bahkan di saat Argentina membuat gol lagi seolah bakal mengakhiri laga, Prancis tak menyerah untuk memaksa skor akhir jadi 3-3. Sungguh mendebarkan. Sayang, di babak adu penalti, Prancis tak kuat menahan tekanan mental dan akhirnya kalah. Dengan demikian, Argentina mengulang sejarah manis yang diukir tahun 1986.

***

  

Pesta terakbar sepak bola telah usai. Bisa dipastikan, banyak pendukung Cristiano Ronaldo yang menggeliat gelisah di kursi mereka sewaktu mendapati kegembiraan Argentina. 

Selama ini, membandingkan siapa yang terbaik di antara keduanya menciptakan gelombang perdebatan tak berujung serta memantik diskusi sengit penuh kertakan gigi. Lihat saja, capaian prestasi individu maupun secara tim keduanya berkejaran tiada habisnya dan nyaris setimbang. Apa yang diraih Ronaldo, dengan cepat diraih pula oleh Messi - demikian pula sebaliknya - baik itu di level klub maupun negara, baik itu gelar individu maupun secara tim.

Inilah mengapa orang-orang sanggup untuk tak berhenti membandingkan. Tak dipungkiri, ada keasyikan dan kenikmatan tersendiri melihat persaingan hebat di antara dua manusia super ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline