Lihat ke Halaman Asli

Nor Qomariyah

Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

"Aglomerasi" untuk Ekonomi Keberlanjutan dan Akselerasi Capaian SDGs Indonesia

Diperbarui: 9 April 2024   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Penampakan udara kawasan SCBD, Jakarta. (Sequis Tower via Kompas.com) 

"The street is the river of life of the city. They come to these places not to escape but to partake of it". Penggalan sebuah percakapan pada akhir cerita sebuah film di era 1980 dengan judul Social Life of Small Urban Spaces in 1979, garapan William H. Whyte (https://betterwaterfront.org/, 2013). 

Film ini dikemudian hari sangat berpengaruh terhadap bidang perencanaan dan arsitektur, bagaimana kemudian kritik untuk ruang secara intuitif sebuah kota harus diciptakan, dengan dasar 7 faktor utama public space, seperti ruang yang sesuai, interaksi penduduk dengan jalan, sinar matahari yang cukup, ketersediaan air, pohon, makanan dan triangulasi.

Dalam karyanya, Whyte yang berkebangsaan Amerika Serikat ini juga membahas, bagaimana hubungan antara letak jalan dengan alun-alun, taman ataupun plaza bisa menjadi kunci sukses sebuah keramaian kota atau justru sebaliknya. 

Whyte juga merekomendasikan kepada 'Commission Planning' New York pada saat itu soal peraturan zonasi yang membatasi plaza agar tidak lebih dari tiga kaki di atas atau tiga kaki di bawah permukaan jalan untuk memungkinkan visibilitas dan akses yang mudah. 

Alun-alun atau taman kota juga difungsikan sebagai ruang berkumpul yang menarik pengunjung dengan satu tingkat di bawah atau di atas jalan yang terkoneksi dengan keberadaan plaza (https://betterwaterfront.org/, 2013).

Selain Social Life of Small Urban Spaces in 1979, ada juga beberapa film yang menggambarkan situasi tata kota dengan pola aglomerasi, seperti Urbanized (2011), tentang perencanaan kota dari beberapa tokoh arsitektur dengan mengedepankan pola inovasi desain, The Truman Show (1998), yang mengisahkan tentang 'Truman Burbank' dalam sebuah kehidupan yang direkayasa dan mengajak penontonnya untuk ikut menganalisa sejauh mana kita memiliki kendali atas lingkungan dalam sebuah tata kota. Bagaimana kita merancang pilihan atas nama 'kesempurnaan', dan lainnya.

Berikutnya adalah Human Scale (2013), yang menjelaskan tentang cepatnya eksplorasi manusia dalam melakukan urbanisasi, beradaptasi dengan new life style dan bagaimana kemudian cara kita membangun kota saat ini untuk kebutuhan di masa mendatang.

Film ini terisnpirasi oleh Jan Gehl, dengan berbagai tayangan konsep kota-kota besar dan indah di dunia dipadukan dengan narasi epic yang fokus pada elemen 'manusia' sebagai penghuni dari berbagai kota tersebut dari perspektif sosiologis (https://ntb.idntimes.com/, 2022).

Sumber: SCBD Jakarta, https://id.wikipedia.org/, 2023

Pandangan yang mungkin mirip dengan keempat film di atas adalah pole dan konsep kawasan Sudirman Central Business District City (SCBD) DKI Jakarta dan Kota Lippo Karawaci di Kabupaten Tangerang, merupakan kawasan kota yang selama ini dikenal dengan kawasan kota industri dan bisnis dengan model 'compact city strategy' atau dikenal dengan model aglomerasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline