Lihat ke Halaman Asli

Nor Qomariyah

Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Clean Energy "Jaringan Cerdas PLTS": Sudah Saatnyakah Kita Beralih?

Diperbarui: 6 Agustus 2023   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pembangkit Listrik Tenaga Surya. (ANTARA/M Agung Rajasa)

Clean energy menjadi trending topik pembicaraan di berbagai negara. Berdasarkan search engine, sebanyak 1.060.000.000 hasil (0,51 detik) mencari kata kunci yang sama. 

Tak hanya sebagai manifestasi dari visi banyak negara, namun menjadi dasar utama bagaimana sebuah negara disebut dengan ramah lingkungan' China, menjadi negara terbesar yang membuktikan bagaimana penggunaan clean energy dengan model Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 

Menurut databooks.katadata.co.id., 2022  PLTS Gonghe yang ada di Hainan, memiliki peringkat tertinggi dalam penggunaan PLTS di dunia, dengan kapasitas 2.200 megawatt (MW). Seluruh PLTS si ini mampu memproduksi listrik hingga 253,9 gigawatt (GW) pada 2020 dan mampu memenuhi 35,9% dari total kapasitas PLTS secara internasional.

Vietnam, negara berikutnya yang juga menggunakan PLTS sebagai salah satu pasokan pemenuhan berbagai industri di negaranya. Vietnam saat ini mampu memenuhi kebutuhan listrik dari 100 MW (0,1 GW) menjadi 5 (GW) atau 5 kali lipat. 

Vietnam sangat yakin, bahwa PLTS adalah pilihan utama dengan perubahan iklim global yang juga mengubah iklim investasi hingga beberapa tahun mendatang. Ditambah ketersediaan tenaga surya di Asia khususnya masih sangat baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri bahkan rumah tangga.

Dok Dinas ESDM Kalsel, 2020.

Hal ini sama dengan riset yang dilakukan oleh Center for Sustainable Systems, di mana berdasarkan rata-rata radiasi sinar Matahari ke Bumi  1,73 x 10^5 terawatt. Sedangkan permintaan listrik global hanya 2,7 terawatt (kompas.com, 2021). 

Ini artinya, sinar matahari dalam waktu beberapa jam mampu memenuhi kebutuhan energi tingkat global secara efisien. Inilah mengapa Vietnam juga mengeluarkan kebijakan Vietnam Electricity (EVN) dalam sistem pemanfaatan PPLTS. 

Skema pertama, disebut dengan capex/capital expenditure, di mana penghasil PLTS dapat menjual energinya pada EVN seharga 8,38 sen USD/KWh. Skema kedua adalah Feed-in Tariff (FiT) untuk jenis pemanfaatan energi surya, mulai dari solar farm, floating solar dan PLTS Atap, termasuk rumah tangga. Bahkan Vietnam juga menjamin penggunaan pinjaman lunak dari perbankan unruk mendukung EVN.

Keberhasilan China dan Vietnam, bukan berarti tanpa trial and error dan bukan juga tanpa pernah mengalami kendala. Pada tahun 2019-2020, dilansir dari Bisnis.com, 2023, mengalami kerugian setelah pemasangan 8 GW untuk solar farm. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline