Lihat ke Halaman Asli

Nor Qomariyah

Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Hari Anak Nasional (HAN): Menjaga Generasi dengan Edukasi Melalui Corporate Responsibility

Diperbarui: 24 Juli 2022   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Mungkin ini yang dinamakan sebuah kebetulan, kebetulan yang tentu membawa manfaat sekaligus keuntungan. Pagi ini, seperti biasa karena hari Sabtu dan weekend tentu menjadi hari yang dinati para pekerja, tak hanya di Ibu Kota tapi juga diseluruh penjuru dunia. 

Weekend adalah saatnya quality time, bersantai sejenak dari rutinitas atau oleh teman-teman biasanya dijuluki sebagai hari 'rebahan' sambil menikmati aneka 'camilan'. 

Berbeda dengan Sabtu pagi ini, selepas jogging di daerah Karet Tengsin 4, Jakarta Pusat, melewati berbagai aktivitas riuh masyarakat, aku pun kembali menekuri aktivitas, mengeluarkan laptop dari laci dan mulai mempersiapkan diri. Tentu saja, untuk hari istimewa, Sabtu, 23 Juli 2022.

Webinar, ini kegiatan yang coba aku siapkan bersama tim kecil di Sekolah Kehidupan yang beranggotakan lebih dari 250 pegiat CSR. Sekolah yang isinya adalah para pembelajar negeri, yang santun dan penuh empati. Sekolah dimana 'siswa'nya sebagian besar adalah para pemberani, berhadapan dengan berbagai gejolak hidup ditengah masyarakat yang dinamis. 

Sekolah yang juga menjadi wadah para pegiat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dari berbagai latar belakang pekerjaan dan organisasi yang dinaungi. 

Tujuannya hanya satu, bertemu, berbagi, bersinergi dan bersilaturahmi. Akhirnya dengan berbagai persiapan, webinar ini dapat dimulai dengan berbagai cerita seru, menarik, menggelitik bahkan penuh strategi saat menghadapi berbagai tantangan konflik.

Tepat di hari ini, 23 Juli 2022, hari yang sama dengan penyelenggaraan webinar, adalah hari dimana dinobatkan sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Bukan tanpa sejarah panjang, HAN ada di Indonesia adalah perjuangan panjang, yang telah dimulai sejak tahun 1951 oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang berdiri pada 22 Desember 1928, bersamaan dengan tahun Sumpah Pemuda. 

Pertama kali digelar adalah event Pekan Anak-anak, dimana dijelaskan oleh Majalah Rona (1988) yang disambut langsung oleh Presiden Soekarno di Istana Merdeka pada 1952 dan oleh presiden Soekarno pada 6 Juni kemudian disepakati bersama Kowani menjadi hari anak nasional. 

Melansir dari tirto.id, dikarenakan rezim berganti, maka kebijakan ini juga berganti dengan perubahan HAN yang diputuskan oleh presiden Soeharto melalui Keppres No.44/1984 dimana memutuskan bahwa Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli, bertepatan dengan pengesahan UU tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979. Inilah mengapa kemudian HAN diperingati pada setiap 23 Juli.

Pada situs Kemenpppa RI, kali ini HAN membawa tema 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju' dan tentu topik ini telah menjadi campaign sejak 2020. Pandemi Covid 19, ini yang kemudian memunculkan fenomena tersendiri bagi tumbuh kembang anak. 

Perubahan sistem belajar-mengajar dan penggunaan media sosial menjadi faktor pemicu dampak tumbuh kembang riskan, seperti sulitnya beradaptasi pada saat pembelajaran luring dibuka kembali, atau justru kesulitan konsentrasi belajar, rasa jenuh, stress hingga kesulitan guru dalam mengelola pembelajaran jarak jauh bahkan orang tua yang tidak senantiasa bisa mendampingi sang anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline