Lihat ke Halaman Asli

Noprianto

Mahasiswa

Mengungkap Perselingkuhan Kekuasaan di HMI Cabang Luwuk Banggai: Fakta dan Implikasi

Diperbarui: 13 Juli 2024   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nopri Pagaga/Dokpri

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 mahasiswa dari Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kini menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). 

Pendirian HMI dilatarbelakangi oleh semangat memperkuat identitas keislaman dan kebangsaan di kalangan mahasiswa serta untuk melawan ideologi yang dianggap bertentangan dengan Islam dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. 

Pada awal berdirinya, HMI berfokus pada konsolidasi organisasi dan pembentukan cabang di berbagai kota di Indonesia, serta aktif dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun negara yang baru merdeka.

Pada periode 1955-1965, HMI menjadi salah satu kekuatan mahasiswa yang signifikan dalam perpolitikan nasional, terlibat dalam perdebatan mengenai dasar negara dan konstitusi. HMI turut berperan dalam penumpasan Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada tahun 1965, yang berujung pada jatuhnya Presiden Soekarno dan naiknya Presiden Soeharto. 

Pada awal Orde Baru, HMI berada dalam posisi kuat karena dianggap berjasa dalam penumpasan PKI. Namun, hubungan dengan pemerintah Orde Baru mengalami pasang surut, dengan HMI sering mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan keadilan.

Tahun 1974 menandai perlawanan mahasiswa terhadap kebijakan ekonomi pemerintah melalui Peristiwa Malari, di mana HMI berada di garis depan gerakan ini. Akibatnya, pemerintah Orde Baru memperketat kontrol terhadap organisasi mahasiswa, termasuk HMI. 

Menghadapi tekanan ini, HMI melakukan pembaruan organisasi dan pendekatan. Pada dekade 1980-an, HMI meningkatkan peran kadernya dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, sosial, dan ekonomi, sambil terus mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat dan menuntut reformasi di berbagai sektor.

Menjelang reformasi pada awal 1990-an, HMI semakin kritis terhadap pemerintahan Orde Baru, terlibat dalam gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998 dengan jatuhnya Presiden Soeharto. HMI memainkan peran penting dalam gerakan mahasiswa yang menuntut perubahan politik dan reformasi sistem pemerintahan. Pasca reformasi, HMI menghadapi tantangan baru dalam era demokratisasi dan globalisasi, terus berperan dalam pembangunan bangsa dengan menitikberatkan pada penguatan pendidikan kader, peningkatan partisipasi politik, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sepanjang perjalanannya dari 1947 hingga 2024, HMI berhasil mencetak banyak tokoh penting di Indonesia, termasuk dalam bidang politik, akademik, dan sosial. 

HMI terus beradaptasi dengan dinamika internal dan eksternal, termasuk menghadapi konflik kepemimpinan dan upaya menjaga relevansi di tengah perubahan sosial dan politik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline