Lihat ke Halaman Asli

Nopi Yuniati A.Md.T.

Apapun kata orang, bagaimanapun peradaban berubah, aku tetap menulis.

Mencium Hujan

Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma hujan meruak mega

Terasa pekat dari hati sang cinta

Hingga batin menunggu akhir rindu yang sendu

Berat berucap lisan, mencium hujan

Elegi musim belum beranjak dari duka

Menuai lara, pemuja hampa

Desir angin mengolok hujan

Mewakili hati yang pura-pura

Memayungi rasa dengan aksara

Hujan guru hidup yang amerta

Litani kidung dalam cinta

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline