Lihat ke Halaman Asli

Nopiati DwiHandini

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mengapa Saat Marah Jantung Terasa Berdebar dan Nafas Menjadi Tidak Beraturan?

Diperbarui: 15 Juni 2021   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

healthyplace.com

Marah merupakan salah satu emosi yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Marah juga salah satu emosi yang memang sudah ada pada diri setiap individu sebagai bentuk ekspresi atau respon dari suatu tindakan tertentu. Marah biasanya terjadi karena adanya perasaan tidak nyaman, tidak suka, benci atas prilaku yang ditunjukkan oleh orang lain. Perasaan marah juga sering muncul ketika seseorang merasa terancam akibat konflik fisik, ketidakadilan, penghinaan, atau pengkhianatan. Selain itu ada pula rasa marah yang muncul akibat luka atau dendam masa lalu seseorang terhadap suatu hal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perasaan marah seseorang muncul karena suatu penyebab yang berbeda-beda.

Respon terkait rasa marah pada setiap individu pun berbeda-beda. Ada orang yang ketika marah dia hanya memendamnya ada juga yang menunjukkannya dengan perkataan ataupun tindakan. Saat marah seseorang sering kali merasa jantungnya berdebar, nafasnya juga menjadi tidak beraturan serta keluarnya keringat dingin dari tubuhnya. Tahukah kamu penyebab terjadinya hal tersebut?. Akan tetapi tidak banyak orang nih yang tahu apa sih penyebab dari respon tubuh yang seperti itu. Mari kita bahas!

 Ternyata nih respon tubuh seperti itu merupakan salah satu dampak fisiologis dari emosi marah itu sendiri .  Nah menurut studi yang dilakukan di Hotchkiss Brain Institute di Calgary, telah menemukan bahwa salah satu cara kemarahan mempengaruhi otak adalah dengan mengurangi neuron di hipotalamus, otak merupakan pusat komando terhadap respon stres. "Biasanya neuron menerima sinyal kimia yang berbeda yang meminta mereka untuk mengaktifkan atau menonaktifkan. Stres dan kemarahan mengurangi fungsi-fungsi dan membahayakan kemampuan otak untuk memperlambat. Itulah sebabnya ketika kita marah, otot-otot dalam tubuh kita tegang. Kemarahan menyebabkan bahan kimia neurotransmitter di otak, yang disebut katekolamin, mengalir melalui tubuh kita memberi kita dorongan energi yang dapat berlangsung selama beberapa menit. Hal inilah yang kemudian memicu reaksi ke bagian lain dari tubuh seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi dan intensif pernapasan. Otak berfungsi sebagai pusat kontrol untuk tubuh kita. Addotta (2006), kemarahan berasal dari bagian reptil dari tubuh kita dikenal sebagai amigdala.

      Selain itu, disebutkan juga dalam jurnal penelitian La Velle Hendricks yang berjudul “The Effects of Anger on the Brain and Body” (kemarahan berdampak terhadap otak dan tubuh) bahwasanya kemarahan berdampak terhadap otak. Karena kemarahan merupakan dasar emosi manusia yang dialami setiap orang dari dari waktu ke waktu. Otak manusia telah diatur sebagai perangkat pemindahan yang mengetahui semua ancaman. Kemudian memberikan sinyal ke tubuh bagaimana seharusnya bereaksi. Saat marah, otak akan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal di ginjal untuk melepaskan adrenalin, sehingga jika jumlah adrenalin yang ada di dalam darah meningkat maka saat itulah tubuh akan memberi respon secara fisiologi yang ditandai dengan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, ekresi keringan dan air ludah.

Hal ini tentu tidak baik jika terus menerus terjadi oleh karena itu penting untuk kita bisa mengendalikan perasaan marah tersebut. Nah di dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits banyak menjelaskan tentang cara-cara mengendalikan rasa marah, yaitu :
1. Saat marah hendaknya duduk, jika tetap marah hendaknya berbaring
2. Diam, bersikap tenang dan meninggalkan tempat tersebut
3. Berwudhu
4. Sholat
5. Sadar ketika diingatkan
6. Mengetahui akibat buruk sikap marah
7. Berdoa
8. Berzikir
9. Mengetahui derajat yang tinggi dan kedudukannya istimewa
yang akan diberikan orang yang bisa menahan dirinya dari
marah
10. Istirahatkan badan

DAFTAR PUSTAKA : 

Indah Wigati, Teori Kompensasi Marah Dalam Perspektif Psikologi Islam ( TA‟DIB, Vol. XVIII, No. 02, Edisi Nopember 2013 ), 212.

La Velle Hendricks. The Effects of Anger on the Brain and Body (National Forum Journal of counseling and addiction. Volume 2. Number 1, 2013), 5.

Rita Susanti, Desma Husni dan Eka Fitriyani. Perasaan Terluka Membuat Marah. Jurnal Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ( Volume 10 Nomor 2, Desember 2014 )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline