Menjadi pelatih sepak bola di klub profesional tidak semudah bermain game simulasi Football Manager, adanya tuntutan untuk meraih kemenangan dan prestasi dari manajemen klub dan supporter menjadikan posisi pelatih adalah posisi yang rawan akan pemecatan. Saat timnya kalah, pelatih akan menjadi orang pertama yang disalahkan, namun saat timnya menang, pelatih menjadi orang terakhir yang diberi ucapan selamat oleh wartawan dan supporter.
Contoh pemecatan pelatih sudah sangat banyak terjadi di belahan dunia manapun. Bahkan ada klub yang mengganti pelatihnya sampai empat kali dalam satu musim kompetisi dikarenakan pemecatan dianggap sebagai suatu langkah instan yang harus diambil oleh manajemen klub agar kedepannya bisa kembali meraih hasil positif .
Subangkit menjadi nama teranyar dari daftar pelatih yang dipecat oleh klubnya musim ini. Pelatih berpengalaman asal Pasuruan yang berhasil membawa PSIS Semarang promosi ke Liga 1 musim ini setelah berhasil menjadi juara ke-3 di Liga 2 musim lalu tersebut baru saja dipecat oleh manajemen PSIS (15/03). Banyak yang memperkirakan bahwa pemecatan ini dikarenakan prestasi PSIS di turnamen pramusim yang jauh dari harapan, ya walupun CEO PSIS, Yoyok Sukawi langsung membantahnya dengan dalih harus ada penyegaran di tubuh PSIS. Alasan yang klise.
Keputusan manajemen ini cukup mengejutkan banyak pihak, termasuk Subangkit yang dilansir oleh goal.com sempat menuding bahwa sebenarnya ada orang dalam internal klub yang tidak suka jika dirinya melatih PSIS. Tudingan yang menurut saya cukup beralasan, karena menyalahkan bahkan sampai memecat pelatih karena hasil pramusim adalah tindakan yang patut dipertanyakan. Bagaimanapun pramusim adalah saat yang lebih tepat untuk mencari komposisi pemain, bukan prestasi ataupun trophy juara.
Hal-hal berikut ini merupakan permasalahan yang akan ditimbulkan setelah pemecatan Subangkit:
- Terganggunya Persiapan Tim
Benjamin Franklin pernah berkata, "Bila anda gagal mempersiapkan, berarti anda mempersiapkan untuk gagal". Ya, hanya menyisakan satu minggu lagi sebelum kompetisi Liga 1 bergulir dan PSIS malah memecat pelatihnya. Memecat pelatih memang bukan hal yang haram dan terlarang, namun memecat pelatih di masa akhir persiapan tim adalah hal yang cukup beresiko.
Hal itu dikarenakan semua pelatih mempunyai otak dan pemikiran yang berbeda dalam membentuk sebuah tim yang solid dan tentunya selalu punya rasa berbeda dalam penentuan pemain di timnya.
Cukup menarik, dikarenakan bagaimanapun pemain yang saat ini ada di tubuh PSIS adalah pemain-pemain yang dipilih secara langsung oleh Subangkit, yang berarti kemungkinan besar pelatih baru PSIS-lah yang harus bisa menurunkan egonya dan memutar otak agar pemain-pemain tersebut bisa cocok dengan cara bermainnya.
- Bisa Menimbulkan Disharmonisasi di Ruang Ganti Pemain
Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa pemain yang ada saat ini adalah pemain-pemain pilihan Subangkit. Keputusan pemecatan tersebut bisa menimbulkan prasangka-prasangka dari pemain jika tidak ada penjelasan langsung dari manajemen, hal tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi perdebatan antar pemain yang bisa berujung pada disharmonisasi ruang ganti pemain.
- Bisa Mempengaruhi Psikis Pemain
Kontrak pemain di Indonesia masih jauh dari kata profesional, banyak pemain yang sudah dikontrak bisa tiba-tiba "menghilang" dari klub karena diputus kontraknya. Hal tersebutlah yang akan menimbulkan kekhawatiran para pemain. Hal tersebut dikarenakan masuknya pelatih baru bisa saja sembari membawa pemain-pemain rekomendasinya yang membuat pemain yang sudah ada diputus kontraknya karena dinilai kalah kualitas.
- PSIS Akan Kesulitan Mencari Pelatih yang Cocok
Untuk poin ini sebenarnya penulis ragu untuk menuliskannya, karena penulis yakin sebenarnya PSIS sudah punya calon pelatih pengganti sebelum memutuskan mengganti Subangkit. Namun jika memang belum ada, berarti PSIS harus segera menentukannya dikarenakan kompetisi yang akan segera bergulir.