Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kejutan Budaya menjadi Masalah

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan yang mempunyai budaya yang sangat beragam. Terdapat begitu banyak budaya yang ada di Indonesia. Bayangkan, Indonesia memiliki begitu banyak pulau, kurang lebih 33 Provinsi, dan masing-masing Provinsi memiliki daerah-daerah yang disebut Kabupaten, Kota madya, Kecamatan, dan Desa. Setiap Provinsi pasti mempunyai budaya yang menjadi ciri khas Provinsi tersebut, dan sangat memungkinkan juga bahwa dalam satu Provinsi tapi berbeda Kabupaten atau kota, ataupun kecamatan, berbeda pula budayanya. Budaya-budaya tersebut pun mempunyai ciri khas masing-masing.

Menurut Selo Sumarjan, Kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Jumlah masyarakat Indonesia ada kurang lebih 255 juta jiwa, jika semua masyarakat di setiap daerah mempunyai hasil karya, rasa, dan cipta, maka dapat dibayangkan berapa banyak budaya berbeda yang terdapat di Nusantara ini. Sedangkan menurut DeVito, kultur atau budaya dapat didefinisikan sebagai gaya hidup yang relative khusus dari suau kelompok masyarakat, yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berprilaku, serta cara berkomunikasi, yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Termasuk dalam kultur ini adalah segala hal yang dihasilkan dan dikembangkan oleh anggota kelompok tertentu, misalnya bahasa, cara berpikir, seni, undang-undang, dan agama mereka (Fajar, Marhaeni, 2009;300). Kita ambil contoh disini yaitu dari segi bahasa, Indonesia mempunyai banyak sekali bahasa daerah, bahkan perbedaan kabupaten dalam satu Provinsi juga memungkinkan untuk mendapati perbedaan bahasa tersebut. Tapi itulah keunikan Indonesia, itulah sebabnya mengapa Indonesia mempunyai semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika” (walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua).

Dewasa ini, perpindahan penduduk sedang marak di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak sebab dari perpindahan penduduk tersebut. Baik karena ketidaknyamanan di daerah asal sehingga meninggalkan tempat asal tersebut untuk tinggal di tempat yang baru (pindah rumah); karena ada tujuan tertentu di tempat baru yang dituju dan tinggal untuk sementara waktu seperti masuk perguruan tinggi dan menjadi anak kost; menikah dan menempati rumah di daerah yang berbeda dengan tempat asal; dan lain sebagainya. Sudah disebutkan tadi bahwa setiap daerah memungkinkan untuk mempunyai budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini, bagaimana dengan orang dengan suatu budaya yang melekat padanya dan setelah pindah menemukan budaya baru yang mau tidak mau ia harus menyesuaikan dengan budaya baru tersebut. Apakah itu akan menjadi masalah besar untuk mereka?

Mungkin akan menjadi masalah ketika mereka mengalami kejutan budaya. Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri. Kejutan budaya itu sebenarnya normal. Kebanyakan orang mengalaminya apabila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Sebagian kejutan ini timbul karena perasaan terasing menonjol dan berbeda dari yang lain. Bila kita kurang mengenal adat kebiasaan masyarakat yang baru, kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif (Fajar, Maraeni,2009;310). Banyak sebab seseorang mengalami kejutan budaya, seperti yang dikatakan MArhaeni Fajar dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, orang mengalami kejutan budaya karena tidak memahami hal-hal yang sangat mendasar, seperti bagaimana meminta tolong atau memberikanpujian kepada seseorang? ; bagaimana menyampaikan atau menerima undangan makan malam? ; dan lain-lain.

Menurut Kalervo Oberg (1960), ada empat tahap berlangsungnya kejutan budaya. Tahap-tahap tersebut berguna untuk menelaah pertemuan-pertemuan dengan orang-orang baru yang berbeda.

Tahap pertama, masa bulan madu. Bila berada dalam kelompok yang secara cultural berbeda, tahap ini ditandai dengan keramah-tamahan den persahabatan yang bersifat dangkal. Banyak turis yang tetap berada pada tahap ini karena masa tinggal mereka di suatu Negara asing sangat singkat. Tahap ke dua, krisis. Di sini, perbedaan antara kultur kita dengan kultur yang baru menimbulkan masalah. Perasaan frustasi dan tidak puas mulai muncul. Ini adalah tahap dimana kita mengalami kejutan budaya baru yang sebenarnya. Tahap ke tiga, pemulihan. Selama periode ini, kita memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara efektif. Kita belajar biasa dengan adat kebiasaan kultur yang baru. Tahap ke empat, penyesuaian. Pada tahap akhir ini, kita menyesuaikan diri dan memasuki kultur baru serta mendapatkan pengalaman baru. Kita mungkin sesekali masih merasakan kesulitan dan ketegangan, tetapi secara keselurhan, pengalaman ini menyenangkan.

Orang mungkin juga mengalami kejutan budaya pada waktu mereka kembali ke tempat asal setelah hidup beberapa lama dalam kultur asing. Tapi dalam kasus ini, periode pemulihan akan lebih singkat dan perasaan tidak puas maupun frustasi tidak begitu kuat.

Banyak orang yang mengalami empat tahap kejutan budaya tersebut, contoh kecil misalnya seorang pelajar yang berasal dari suatu Daerah di Provinsi Sumatera Selatan masuk salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Jogjakarta. Walaupun masih dalam satu Negara yaitu Indonesia, tapi budaya di Sumatera Selatan dengan Jogjakarta itu berbeda, walaupun mungkin masih ada beberapa kebiasaan yang sama. Tahap pertama, pelajar yang berasal dari Sumetra Selatan itu merasa nyaman dengan orang-orang Jogja yang ramah, sopan, dan kelembutan mereka meskipun perbedaan bahasa yang sangat menonjol dalam kasus ini. Tahap ke dua, dimana pelajar tersebut mengalami kejutan budaya yang sebenarnya. Tidak semua orang Jogja itu lembut, perbedaan bahasa juga menjadi pendukung kuat kejutan budaya yang dialami pelajar ini. Dalam kasus ini, Pelajar tersebut benar-benar tidak mengerti bahasa Jawa yang digunakan teman-temannya, ketika sedang berkomunikasi dengan teman-temannya yang berbahasa Jawa, maka perasaan terasing pun muncul, terkadang beberapa ejekan yang dilontarkan teman-temannya mengenai daerahnya dengan menggunakan bahasa Jawa. Meskipun tidak begitu jelas, tapi pelajar ini sedikit mengerti sehingga perasaan frustasi pun muncul. Tahap ke tiga, dimana pelajar ini sudah mulai mengerti bahasa Jawa dan rajin melatih bahasa Jawanya agar bisa berkomunikasi dengan teman-temannya. Tahap ke empat, dimana pelajar ini sudah mulai menyesuaikan diri dengan teman-temannya dan sudah mulai menggunakan bahasa Jawa sehingga banyak pengalaman baru yang ia dapatkan. Ketika pelajar ini pulang ke Sumatera Selatan, ia juga mengalami kejutan budaya. Ia merasa sedikit asing dengan bahasa daerah yang sudah lama tidak ia gunakan. Tapi periode pemulihan dan penyesuaian dalam hal ini tidak begitu lama.

Bagaimana cara mengatasi kejutan budaya? Sebenarnya kejutan budaya itu tidak bisa dihindari. Setiap orang pasti akan mengalami hal tersebut. Tergantung pada kemampuan diri kita sendiri bagaimana untuk bertahan dan cepat menyesuaikan diri. Setiap manusia itu pasti berbeda, kemampuan mereka beradaptasi juga pasti berbeda. Mungkin orang yang kemampuan adaptasinya bagus akan mudah menerima budaya yang baru ia temui, meskipun tidak menutup kemungkinan kalau ia juga akan mengalami kejutan budaya. Ia mungkin akan lebih mudah menerima budaya yang mungkin sangat bebeda dengan budaya yang ia lakukan sehari-hari dan kejutan budaya yang ia alami tidak akan berlangsung lama. Tapi, orang dengan kemampuan adaptasinya yang kurang, ketika menemukan budaya baru yang sangat berbeda dengan budayanya ia akan terkejut dan bisa saja sangat sulit untuk menerima bahkan bisa saja terbesit niat untuk sama sekali tidak mengikuti budaya baru tersebut karena merasa budayanya yang selama ini melekat di dalam dirinya adalah budaya yang lebih baik daripada budaya yang baru ditemuinya. Orang seperti itu akan mengalami kejutan budaya yang mungkin bisa memakan waktu yang lama.

Tapi hendaknya kita sebagai Warga Negara Indonesia yang sudah mengerti sebanyak apa keberagaman budaya di Nusantara ini, hendaknya bisa cepat menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda dengan budaya yang kita miliki, apalagi dengan budaya-budaya yang masih dalam lingkup Negara kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline