Lihat ke Halaman Asli

Puisi Untuk Wiji

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi untuk Wiji

Kaulah gadis belia, di awal pagi
Kekasih yang memekarkan bunga-bunga dimusim semi
Menanam, merawat segala yang menggetarkan isi hati
Menjelma detak jantung, memenuhi segala sisi dan ruang-ruang sunyi.

Wiji,,,
Kaulah puisi pagi itu
Yang menghangatkan jiwa dari rasa sepi
Yang melahirkan rasa ingin, dan rindu yang enggan pergi

Wiji,,,,
Musim tetaplah musim
Sebab keabadian hanya milik kenangan
Sedang rindu tetaplah rindu
Tetapi takdir, telah ditetapkan.

wiji,,,
pada senja paling rapuh,
Disepasang matamu yang teduh, kekasihmu menakar rindu.
Dengan sesekali mengingat sesuatu.
Kau atau dia,
Meninggalkanmu atau membiarkan dia, kekasih lain yang lebih mencintaimu.

Wiji,,,
Rindu tak melulu tumbuh dan berbunga
Dimusim gugur, dari antara ranting-ranting, kepedihan berjatuhan, walau sebenarnya tidak pernah kita inginkan.

Musim, tidaklah salah
Tetapi aku yang terlalu mudah menyerah
Oleh waktu, dan musim-musim yang selalu tampak lebih gagah
Membiarkanmu pergi, kepada tempat yang entah

Aku pergi, kau pun pergi
Kita melangkah berjauhan
Meninggalkan bukit musim hujan
Dan hutan pinus yang selalu menawarkan hangatnya pelukan

Wiji,,,,
Tak ada yang perlu kita sesalkan
Sebab mungkin, tanpaku kau temukan kebahagiaan
Hal yang mungkin, takkan pernah bisa kuberikan
Sampai segala musim terlewatkan

Wiji,,,,
Kau disana, aku disini
Semoga doa baik, terkabulkan tiap kali
Melupakan kesedihan dari hati
Kenangan kita, yang tak akan pernah kembali.

Teruntuk: wiji




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline