Lihat ke Halaman Asli

Antara Kemampuan dan Kenyataan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya sungguh prihatin dengan sistem pendidikan di negeri ini,bagaimana tidak?biaya pendidikan yang selangit,serta universitas yang terkesan mencari keuntungan semata tanpa mempedulikan idealisme.

Contohnya ,  universitas X di kota saya, yang mematok biaya minimal untuk fakultas kedokteran sebesar 175 juta dan bahkan ada yang menembus 800 juta rupiah untuk jalur mandiri atau pmdk (penelusuran bakat dan kemampuan) yang kini terganti oleh penelusuran minat dan keuangan,daya tampungnya pun cukup besar ,jadi bayangkan saja berapa keuntungan yang diraup oleh pihak kampus.

Mayoritas mahasiswa kedokteran di universitas ini adalah anak pejabat  dari golongan ke atas,banyak dari mereka yang tidak capable untuk menjadi seorang dokter,tetapi karena orang tua mereka memiliki kekuasaan,yah mau apalagi..nothing is impossible with the power of money. Ada pun bila seorang anak memiliki nilai lebih tinggi dari anak lain yang membayar lebih tinggi darinya,maka pihak kampus akan memilih anak yang ber-"kemampuan" tsb. Buktinya adalah teman saya, dia seorang anak bupati , masuk fakultas kedokteran dengan membayar uang senilai 400 juta rupiah,nyatanya setiap kuliah ia tidak serius dan sering membolos.Apa jadinya bila calon dokter bertingkah seperti itu?. Saya sebagai temannya merasa prihatin,namun tak kuasa untuk berbuat apa-apa,mungkin karena orangtuanya mencari duit dengan mudah sehingga semuanya seakan bisa terbeli dengan uang ,ya saya tidak tahu.Allahualam....

Bagi para calon dokter,harap ingat bahwa kalian bekerja demi pengabdian terhadap masyarakat, dan ingatlah pada sumpah kalian !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline