Semakin menjamurnya program-program televisi yang bervariasi membuat para penonton atau pemirsa di negara kita ini menjadi semakin terhibur. Berbagai macam tema juga disiapkan oleh para pemilik stasiun tv, dari tema yang diperuntukkan untuk anak-anak hingga dewasa/para orang tua, dari acara komedi, berita politik, pendidikan, budaya, kriminalitas dan lain sebagainya.
Dan bahkan setiap stasiun televisi selalu menerapkan dan menambahkan tulisan dibagian sudut televisi dengan pembagian umur seperti abjad A untuk anak, A-BO untuk anak dan bimbingan orang tua, R untuk remaja, R-BO untuk remaja dan bimbingan orang tua, dll. Hal ini bertujuan untuk mengategorisasikan program-progam tv yang sesuai dengan umur penonton atau pemirsa.
Kartun dan sinetron jelas beda tapi juga memiliki kesamaan. Kesamaannya ialah sama-sama memiliki alur cerita dan penokohan yang jelas. Meskipun keduanya memiliki banyak perbedaan yang signifikan. Kartun merupakan gambar dua dimensi yang dapat bergerak sebagai hasil dari rangkaian beberapa gambar, biasanya bersifat lucu dan memiliki alur cerita atau peristiwa.
Sedangkan sinetron merupakan suatu film yang diperankan oleh manusia hidup atau nyata yang khusus ditayangkan di media eletronik seperti televisi. Siapa yang tak kenal dan tak menyukai sinetron dan kartun? Sinetron pasti diminati oleh kaum hawa khususnya remaja putri bahkan ibu-ibu sekalipun. Sedangkan kartun tentu saja peminatnya ialah anak-anak. Namun bagaimana bila kita melihat keduanya dari sudut pandang pendidikan? Banyak dampak negatifkah ataukah postif?
Sinetron banyak diminati oleh para remaja sampai orang tua. Meskipun kebanyakan sinetron alur ceritanya fiktif dan dibuat-buat. Terlebih sinetron versi Indonesia biasanya memiliki belasan bahkan puluhan episode yang berlarut-larut hingga ratusan episode. Kebanyakan temanya memang diminati oleh remaja yaitu tema percintaan tetapi ada beberapa yang disisipkan oleh komedi. Tetapi bila berbicara mengenai aspek pendidikan, apakah semua sinetron itu mendidik?
Banyak yang berpendapat bahwa sinetron tidaklah mendidik, banyak dampak negatif dari menonton sinetron. Dari alur cerita yang kebanyakan selalu ditayangkan adegan-adegan percintaan remaja yang tak boleh ditiru oleh remaja, lalu karakter jahat atau antagonis yang selalu dendam, bertengkar dan perbuatan negatif lainnya. Terlebih sinetron zaman sekarang ini sampai-sampai dikatakan tidak bermutu dikarenakan dari bahasa yang digunakan para karakter yang tak sopan, adegan yang tak mutu seperti adu mulut, gaya hidup glamour, percintaan remaja yang berakibat pada pergaulan bebas dan kenakalan remaja, dll. Meskipun tidak dipungkiri bahwa ada sedikit nilai moral yang disisipkan ke dalam sinetron itu merupakan hal positif dari sinetron.
Lalu bagaimana dengan kartun? Apakah selamanya kartun diperuntukkan untuk anak-anak? Hal itu terbukti tidak benar sepenuhnya, karena banyak juga remaja hingga orang dewasa yang masih tertarik dengan kartun. Bahkan bila kita menilik ke negara luar misalnya jepang, animasi yang terkenal dengan nama anime tela dikategorisasikan menurut genre jenis kelamin dan umur. Misalnya doraemon diperuntukkan anak sehingga dimasukkan ke genre anak-anak bahkan orang dewasa pun juga ada yang tertarik.
Tetapi juga tidak dipungkiri bahwa kartun terkadang ada yang dinilai tidak baik ditonton anak-anak karena mungkin dari segi pakaian si karakter yang terbuka, pertarungan antar karakter dan disisipkan adegan romance. Untuk itulah peran orang tua sangat dianjurkan dalam memilih kartun yang baik dan sesuai dengan umur anaknya. Meskipun kartun identik dengan anak-anak, tetapi ternyata banyak juga nilai moral yang terkandung di dalam setiap ceritanya, bahkan lebih banyak dan mengena.
Dibandingkan dengan sinetron zaman sekarang yang lebih mengarah pada kehidupan glamour dan modernisasi, mungkin sebaiknya jangan menganggap sebelah mata mengenai kartun. Jadi sinetron maupun kartun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tinggal kita sebagai penonton yang harusnya bisa memilah-milah hal-hal yang baik, mencari tontonan yang banyak memiliki nilai moral tanpa harus melihat dari cover. Marilah kita bijak dalam memilih tontonan yang baik bagi kita dan keluarga kita. Maaf tulisan ini hanyalah pendapat perseorangan saja, bila ada kekurangannya mohon dimaklumi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H