"Apa enaknya jadi guru freelance, online pula? Bukannya lebih enak ngajar di sekolah, terus jadi PNS?"
Pertanyaan semacam itu mungkin pernah kita dengar kalau saat ini sedang atau berniat bekerja sebagai guru freelance. Jujur, setahun yang lalu saya punya pertanyaan yang sama.
Sayangnya, saya tidak tahu apa jawabannya saat itu. Berbeda dari tahun 2022, di tahun 2021 hanya sedikit orang yang saya kenal yang bekerja sebagai guru freelance online, dan tidak banyak cerita pengalaman yang bisa saya temukan di internet.
Oleh karena itu, kali ini saya ingin berbagi pengalaman sebagai seorang guru dan tutor freelance yang mengajar secara online selama setahun terakhir. Siapa tahu tulisan ini bisa menambah sudut pandang untuk kamu yang tertarik menjalani profesi serupa.
Mari kita bahas suka dan dukanya sekarang.
1. Pemasukan yang lumayan besar walau kadang tidak menentu
Saat mengajar secara freelance, biasanya kita dibayar sesuai jumlah jam mengajar dan jumlah siswa. Bayarannya bervariasi, tapi bisa lebih besar dari gaji guru sekolah per hari. Kalau kelasnya ramai dan sering, pemasukan bisa banyak. Kalau sepi, bisa sedikit.
Untuk memastikan pemasukan yang lebih stabil, bergabung dengan agensi atau lembaga les akan sangat membantu. Kita bisa mendapatkan murid secara lebih rutin dibanding menawarkan jasa secara mandiri (kecuali kalau jasa kita sudah banyak dikenal).
2. Apa gajinya cukup?
Jawabannya: tergantung.
Untuk saya yang tinggal dengan kedua orang tua yang bekerja, pendapatan dari mengajar freelance online lebih dari cukup. Untuk kamu yang tinggal sendiri atau memiliki tanggungan lain mungkin akan berbeda ceritanya.
Kalau khawatir tidak cukup, kamu bisa mencoba mengajar di beberapa tempat sekaligus. Saya melakukan hal ini. Alhamdulillah, di bulan-bulan yang ramai, pendapatan saya bisa setara (atau bahkan lebih) dengan guru tetap di sekolah, tentunya dengan jam kerja yang lebih sedikit.