Si Mangga dan Si Rambutan
Pertama kali menempati rumah 5 tahun lalu, pohon yang aku tanam adalah pohon mangga arum manis dan pohon rambutan. Keduanya kata sang penjual adalah cangkok jadi tidak akan tumbuh besar tapi cepat berbuah.
Jujur saya dan suami tidak tahu masalah dunia tanaman, setiap saat aku menunggu ke-2 pohon ini mau berbuah, tapi yang ada semakin rimbun dan lebat dedaunan juga rantingnya.
Berbagai cara informasi dari teman yang suka tanaman diberi pupuk, sudah kita belikan. Ditebasin pucuk-pucuknya apalagi sangat rimbun jadi kita rapikan, terakhir kulit batangnya di sayat-sayat tapi tetap saja kedua pohon ini mogol nggak mau berbuah. Aku padahal penasaran banget ini merasakan mangga dan rambutan dari kebun sendiri.
Ayah kasih solusi udah kita tebang aja, terus cari yang benar-benar cangkok.Walah aku mikir wong kita saja nggak tau mana cangkok dan mana nggak nanti sama saja hasilnya.
“Nggak usah Yah, biarin aja tumbuh sesukannya jangan di tuntut berbuah! Toh ada kedua pohon walau mandul rumah jadi rindang dan adem, anak-anak suka duduk-duduk di bawahnya.”
Ternyata tanpa seijin aku Ayah menyuruh Mang Dawi yang suka beberes segala macam di kompleks kita merapikan si mangga dan membabat habis si rambutan.
“Lho ayah kok pohon rambutannya di babat abis tho?” aku kesal soalnya aku suka buah rambutan dan berharap akan makan hasil nandur sendiri, meskipun belum nampak.
“Gini lho Ibu, kata temen yang suka berkebun tanaman nggak bisa berbuah kalau dua tanaman tersebut jaraknya cuma beberapa jengkal jadi pada nggak mau berbuah, ya sudah ayah suruh aja Mang Dawi tegor yang rambutan.”
Yah mau apa lagi, mau marah juga nggak ngembalikan pohon rambutan kesayanganku.
“Eh kemarin aku lihat ada bunga-bunga di pohon mangga, dulu sempat juga berbunga tapi gak jadi buah…., ternyata dari sekian bunga jadi 2 buah mangga.
Senangnya aku sedang menunggu harap-harap cemas apakah mangganya ini manis atau asam? Ah sudah berbuah saja senang…Alhamdulillah kesampean nih makan mangga hasil nandur sendiri. Apalagi rambutannya ternyata meranggas juga, jadi aku tidak jadi kehilangan pohon rambutanku, kali ini aku galak-galak sama Ayah “Awas kalau di tebang-tebang gak minta ijin.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H