Mutiara Jumat 19 – Forgotten Angel (Part-6)
“Kita mulai ya Mas Pras, jadi profil Mas nanti untuk edisi minggu ke tiga, Boy akan ambil wajah Mas
yang akan jadi sampul exclusive anniversary majalah kita yang ke 15.”
Wawancara menjadi diskusi 2 arah yang menyenangkan, Mang Seno baru pertama
kali ini melihat tuannya berbicara terbuka dengan orang, mungkin ditunjang kepintaran Gadis
yang mendorong Pras untuk bisa terbuka dengan santai. Selama ini boro-boro mau ketemu wartawan,
sekedar ngobrol dengan orang lain saja malas.
Sementara hanya Mang Seno yang bisa paham, karena Gadis memang special di mata Pras
dari sejak pertama kali Pras menemukan sosoknya dari balik jendela kamar tingkatnya.
“Jatuh cinta yang aneh,”Pikir Mang Seno
“Tapi sudahlah itu urusan hati Mas Pras, yah semoga Mas Pras berjodoh sesuai harapan.”
Pikir Mang Seno.
"Satu pertanyaan terakhir, kenapa Mas Pras selalu memekai inisial FA, apakah kepanjangan
dari inisial ini ?” Tanya Gadis.
Pras diam sesaat.
"Gadis untuk 1 pertanyaan ini, belum saatnya saya jawab karena ini hanya sebuah perumpaan
yang tidak penting di publikasi." Jawab Pras santun, tanpa menyinggung.
"Hmmm ok, rasanya cukup Mas Pras lain waktu saya boleh mengenal lebih banyak. “
“Tentu Gadis saya sangat senang berjumpa denganmu,” kata Pras menatap lembut.
Gadis sempat tersipu, Gadis akui mata elang itu tajam menusuknya, getar halus merebak sanubari.
Pipi Gadis merona merah. Memang Gadis berdegup, tapi degup itu tidak sekencang untuk menagih
janji PemRed Bp Santo yang menjajikan promosi bila dia berhasil menjadikan wawancara
exclusive-nya dengan fotografer kelas tinggi di tanah air.
Gadis berharap target untuk meniti karirnya terbuka lebar, Mas Pras adalah jalan
untuk mencapai ambisinya.
“Kalau gitu kita pulang dulu ya Mas Pras, saya harap Mas tidak kapok dengan wawancara kami
dan masih menerima kami.”
“Ya, pasti…Gadis kita bisa kok bareng kita searah.” Tawar Mas Pras.
“Wah saya ingin sekali, tapi Mas Pras saya harus menyelesaikan , Head Line ini, bukan begitu Boy?”
Gadis mencolek Boy yang telah selesai bebenah.
“Iya Mas Pras, Gadis sudah ditunggu PemRed kita, lain waktu kami akan mewawancara Mas lagi,
terus berkarya Mas Pras. Terimakasih atas waktunya.” Boy menjabat tangan Pras.
“Ok, kapan-kapan kita ketemu lag. Senang berkenalan dengan kalian.”
Pras tersenyum ramah di kursi roda penyangganya.
Keterangan : - Kapok : jera
Bersambung Ilustrasi : : abetterlifeinternational.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H