Lihat ke Halaman Asli

Noorhani Laksmi

writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

Lomba: Seorang Anak Kolong Jembatan Berkisah

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEORANG ANAK KOLONG JEMBATAN BERKISAH

Mataku nanar melihat orang-orang yang berpuasa itu kok rasanya beraaaat sekali, aduh lemas, waktu bukanya lama sekali….keluhan-keluhan mereka bukanlah apa-apa karena puasaku tidak hanya di bulan ini, puasa ku terlalu banyak aku lewati , kemarin-kemarin, sat ini dan waktu-waktu yang akan datang. Akan tahukah mereka penderitaan aku…, hari ini ada yang kumakan tapi besok, akankah sampah-sampah pungutan aku bertukar dengan sekepal nasi.

Aku si anak kolong jembatan, terlahir dari peristiwa kelam…andai aku bisa memilih…tidak mau aku dilahirkan dari rahim orang tua yang tidak jelas, yang hanya memenuhi nafsu syahwat semata…aku dibuang layaknya bungkus nasi yang isinya sudah mengenyangkan, buang aja bungkusnya!...sakit hatiku tersayat-sayat sembilu…sakit yang menjadi borok, yang tak bisa mengering lagi…otaku menghujat kepada Allah , ini tidaklah adil …kenapa musti aku yang menjadi anak terbuang dan bukan janin lain…

Allah ku…apa yang harus aku syukuri rasanya kemalangan, kemiskinan dan kepapan yang aku rasa…orang yang memungut aku dari bayi tidak memberikan sedikit saja kasih sayang layaknya orang tua mencintai anak kandungnya…aku dijadikan pekerja jalanan, memulung, mengamen dengan menahan rasa lapar yang amat sangat.

Ayah Bunda kemanakah kalian, teganya kalian membuang aku…?

Aku tidak peduli dengan status sosialku…jangan teruskan bicara status sosial tak ada yang peduli…Allah aku ingin seperti orang-orang didepanku ini…mereka lapar dan haus di Ramadhan ini saja, sebulan dengan imbalan kembali fitrah.

Salahkah aku dengan kemarahan ini Allah… aku harus bergelut dengan KAMTIB yang setiap saat mengintai, bernafsu menagkap pemulung-pemulung kecil, dikejar seperti anjing pesakitan, tak peduli darah mengucur dari kaki ku yang tertusuk-tusuk , lariiiii…ayah bunda dendamku semakin membara.

Rasanya tidak ada orang yang lebih malang dari aku…Allah dimanakah Kau berada, tidak adakah ruang nyaman untukku…Allah orang-orang didepanku dengan berpuasa 1 bulan lalu berlebaran denga pakain yang indah-indah, makanan yang berlimpah. Allah aku sudah berpuasa berbulan-bulan nasib aku tetap tidak lepas dari kejaran KAMTIB, rasa lapar, hina dan sakit.

Allah bukan lagi lebaran yang aku tunggu, karena itu hanyalah hari tiada makna buat ku, Allah mungkinkah yang terbaik ambilah nyawaku, peluklah aku ya Allah … karena satu keyakinanku hanya Engkaulah yang akan menghangatkan aku dari panas, dinginnya alam…

Beberapa hari kemudian…….

Ditemukan seorang anak kecil kira-kira berusia 10 tahun ditemukan terbujur kakudi kolong Jembatan Muara Serayu, diduga tetanus dan kelaparan. Dikakinya tertancap paku……tidak diketahui siapa keluarganya, karena sampai berita ini di turunkan tak satupun yang mengakui mengenalnya….

Catatan buat kita : Di atas langit masih ada langit, Perlu 1 bulan untuk menahan lapar, haus, nafsu amarah dan kedengkian ….kesulitan hidup yang sekarang kita rasakan… adalah sepenggal perjalanan, masih banyak di luar sana yang lebih-lebih susah, sengsara tidak hanya 1 bulan bahkanbertahun – tahun bahkan sampai akhir hayat….. Slamat Shaum….sucikan hati kita…. bersyukur, ikhlas akan lebih arif …..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline