Lihat ke Halaman Asli

New Year, New Me!

Diperbarui: 30 Desember 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdasarkan penelitian dari Unevirsity of Stranton, hanya 8% orang yang berhasil mewujudkan resolusi  tahun baru. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sejak 12 Januari, semangat mewujudkan resolusi tahun baru mulai pudar. Bahkan menurut Psikolog Klinis, 80% resolusi tahun baru gagal di minggu kedua bulan Februari

Nahhh, buat apa resolusi kalau ujung-ujungnya nggak pernah ditepati! Untuk apa buat resolusi kalau hanya bisa bertahan sampai Februari! Maka tak cukup hanya resolusi, namun juga aksi dan solusi. Ingat! Waktu terus berjalan, namun tak ada yang terlambat untuk memperbaiki dan memulai lagi yaa

Ketika ada keinginan untuk berubah, harusnya selalu dibarengi dengan aksi yang konsistensi. Namun ternyata, bahkan sebelum perubahan itu terjadi kita sudah takut untuk memulai, takut gagal, takut kritikan, takut dengan hal baru, takut meninggalkan zona nyaman dan yang paling serem adalah takut dengan apa kata orang, ehhh.

Dari ketakutan-ketakutan itu, sangat perlu untuk bertanya pada diri sendiri. " kenapa sih takut untuk berubah?". Silahkan dibatin dalam hati yaa. Nahh, setelah itu kita bisa nentuin sebenarnya yang paling tepat untuk saya itu apa ?!

Biarkan orang lain menertawakan kita karena kita berbeda, namun kedepannya kita yang akan menertawakan mereka, karena mereka semua terlihat sama. It's Okay Baby, berubah kearah yang lebih baik adalah baik. Dan pastinya, siap untuk menerima resiko dan konsekuensi. Harus selalu optimis, bisa melihat kekurangan sebagai kelebihan dan selalu adanya perubahan.

Sebagai makhluk social nggak mungkin dong bisa memenuhi semua kebutuhan kita sendiri. Kita pasti membutuhkan orang lain, kita membutuhkan energy positif dari orang lain, kita membutuhkan motivasi dari orang lain, kita membutuhkan bantuan dari orang lain. Maka kita harus mencari orang-orang yang punya visi sama dengan kita dan berada dilingkungan mereka sebagai control social bagi kita.

Jadi, seandainya sewaktu-waktu kita mulai malas, sudah mulai pengan rebahan, sudah mulai rebahin akan ada control social  yang mengingatkan kita. Bahkan ketika kita mulai dipuji, mulai berprestasi, mulai besar kepala akan ada control social yang mengkritik kita. Mengkritik dan berapresiasi adalah dua hal yang dibutuhkan untuk seseorang yang sedang berproses, terutama berproses dari sebelumnya negative ke arah positif.

Memutuskan untuk berubaha adalah gampang, yang menjadi sulit dan mahal adalah konsistensinya. Dan dari Hardvard University -- Psychology Center menyebutkan bahwa kecerdasan paling tinggi manusia adalah Adversity Quotient yaitu kecerdasan daya tahan untuk memperjuangkan sesuatu yang diputuskan dengan penuh kesadaran.

Bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri ( 13:11 ). Semangat Sayang !

Yeay ! Happy New Year 2021 !Semoga Allah selalu memberkahi langkah ini, aamiin  :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline