Lihat ke Halaman Asli

Mandi di Batang bagi Perempuan Banjar

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam hari menjelang UN...

Pagi tadi, saya masuk kelas 9 untuk mengisi jam pelajaran tambahan Matematika. Mungkin tidak hanya mereka yg merasa jenuh belajar materi UN, saya sebagai guru pun demikian. Kami diskusi bebas, mulai dari bab kerapian pakaian, soal pacaran, sampai bab rumah tangga. Lho kok,,, Maklum remaja yang tinggal di daerah sekitar sekolah pada umumnya banyak yang menikah muda. Tidak peduli belum lulus sekolah pun ada yang sudah dinikahkan.

[percakapan ini sudah di-translate dari bahasa Banjar ke bahasa Indonesia]

"Bu, pernah suatu ketika keluarga saya yang dari kota datang. Mereka sombong banget. Perempuannya tidak mau mandi di batang. Saking gengsinya, mereka lebih memilih mandi dalam jamban yang kecil dan tertutup dengan air seadanya." "Mereka darimana?" "Dari Kuin.." "Oh, Kuin itu kan tidak jauh dari Alalak, tempat asal ibu, daerah sungai." "Iya, justru itu. Kan disana juga banyak yang mandi di batang. Kok mau-maunya disini mandi dalam jamban yang airnya sedikit." "Ibu dulu juga begitu sejak pindah dari kota Surabaya selepas lulus SMP. Waktu pertama kali berdiam di Alalak. Mandi ke batang, dengan sarung yang dijerat di salah satu bahu dan handuk yang menutupi kepala. Sebenarnya, ibu malu. Malu karena aurat kita jadi terlihat orang. Kan banyak kapal yang lalu lalang di sungai. Apalagi kalau sudah agak siang, semakin terasa jadi tontonan. Tapi, mau gimana lagi... Tidak ada kamar mandi khusus. Jamban pun terlalu sempit untuk mandi dan sulit untuk mengambil air. Alhamdulillah, setelah setahun jalan, kami punya kamar mandi sendiri di dalam rumah. Dan sejak saat itu, ibu tidak pernah lagi mandi di batang". "Bu, ini misalnya yah... Misalnya ibu nanti menikah dengan orang sini. Bagaimana ibu mandinya?" "Ya ibu minta dibikinkan dulu kamar mandi khusus di dalam rumah. Ibu tidak mau mandi di batang, hehehe". "Bu, kalau di kampung ini kemana-mana keluar rumah pakai kerudung, menutup aurat, malah dicap orang kampung sok alim. Kan malu, Bu... Padahal kan ilmu agama cuma sedikit". "Sebenarnya, antara menutup aurat dan akhlak seseorang itu adalah dua hal yang berkaitan. Terlepas dari apapun anggapan orang, menutup aurat itu suatu kewajiban bagi mereka yang merasa menyandang predikat seorang Muslim... Muslimah yang menutupi auratnya karena Allah, maka Allah akan jadikan akhlaknya indah" . . . . . . . . . . . . . . .

Batang = Tempat di pinggir sungai yang digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, dll. Ada yang bentuknya seperti tangga yang dibuat lebar. Ada pula yang dibuat menyerupai rakit dari batang-batang kayu besar yang disatukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline