Noor Johan Nuh
Jenderal Soedirman
Yogyakarta, 19 Desember 1948 pukul 10.00. Pesawat tempur Belanda terbang rendah di langit Yogya, sesekali memuntahkan peluru dan menjatuhkan bom di kota itu.
Tentara Belanda mengagresi Yogyakarta.
Jenderal Soedirman yang sedang dalam perawatan setelah operasi paru-paru, datang ke Gedung Agung untuk mendapat penjelasan mengenai sikap pemerintah atas agresi tentara Belanda.
Presiden Soekarno menemui Jenderal Soedirma di teras Gedung Agung. Dikatakan bahwa pemerintah akan mengadakan rapat kabinet untuk menentukan sikap atas agresi Belanda tersebut.
Sidang kabinet belum dapat dimulai karena masih menunggu Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri Mohammad Hatta dari Kaliurang.
Dalam kondisi perawatan maka Presiden meminta Jenderal Soedirman tetap di kota dan akan dimintakan dokter Belanda merawatnya.
Tanpa menunggu keputusan sidang kabinet, Jenderal Soedirman meninggalkan Yogyakarta, meminpin perang gerilya.
Keputusan Jenderal Soedirman meminpin perang gerilya menjadi fenomenal, dalam keadaan sakit, ia satu-satunya Panglima yang meminpin pertempuran dari atas tandu.