Noor Johan Nuh
Prabowo Subianto lahir di Jakarta tanggal 17 Oktober 1951, masih di bulan Oktober, tanggal 30 tahun 1952, Sjafri Sjansoedin lahir di Makassar. Syafri lebih muda satu tahun dibanding Prabowo.
Keduanya adalah abituren AKABRI 1974, dan sama-sama memilih kecabangan infantri pasukan elite Angkatan Darat, Resimen Para Komando Angkatan Darat kini bernama Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.
Pada waktu berpangkat Letnan Satu, Prabowo bertugas di daerah operasi Timor Timur, bergabung dengan Nanggala 28.
Desember 1978, Nanggala 28 dan Batalyon 744 berhasil menembak mati Presiden Fretelin Nicolao Lobato.
Mendapat berita Presiden Fretelin ditembak mati, Panglima ABRI waktu itu, Jenderal M Jusuf, segera terbang ke Timor Timur memberikan apresiasi kepada prajurit-prajuritnya.
Apresiasi dari Panglima ABRI adalah menaikkan pangkat satu tingkat kepada 34 prajurit yang ikut dalam operasi tersebut termasuk Prabowo Subianto.
Selesai tugas di Timor Timur, Prabowo kembali ke Kopassus di Cijantung.
Pada waktu pembentukan Satuan Anti Teror Detasemen 81, Kapten Prabowo Subianto menjadi Wakil Komandan, edangkan yang menjadi Komandan Mayor Luhut Binsar Panjaitan.
Kode panggilan radio yang biasanya memakai nama benda seperti Garuda atau Rajawali, di Detasemen 81 diubah menggunakan angka.
Mayor Luhut sebagai komandan mendapat kode panggilan radio angka 09, sedangkan Kapten Prabowo sebagai wakil komanda mendapat kode panggilan Radio 08.