Noor Johan Nuh
Akhirnya Indonesia Merdeka Sebagai bangsa terjajah selama ratusan tahun, pada 17 Agustus 1945, pukul 10.00, Bung Karno (Soekarno) didampingi Bung Hatta (Mohammad Hatta), membacakan proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Adalah teks proklamasi dibuat oleh Bung Karno dan Bung Hatta, didampingi Ahmad Soebardjo dan Sajuti Melik, di satu kamar rumah Laksamana Maeda. Maeda adalah seorang perwira tinggi angkatan laut Jepang yang empati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Rumah Maeda menjadi tempat rapat anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dihadiri pimpinan pemuda karena saat itu pemerintah Jepang memberlakukan jam malam dan tidak memperkenankan rapat malam itu di Hotel Des Indes. Rapat diadakan malam hari karena pagi hari 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh kelompok pemuda ke Rengasdengklok dan baru kembali ke Jakarta malam hari, dijemput oleh Ahmad Soebardjo.
Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno adalah artefak sejarah yang tidak ternilai bagi bangsa Indonesia. Setelah teks itu selesai dibuat, keduanya menuju ruang tengah rumah itu di mana anggota PPKI dan puluhan pimpinan pemuda berkumpul.
Dalam otobiografi Bung Hatta berjudul "Memoir Mohammad Hatta", dituliskan; Bung Karno membacakan teks proklamasi itu beberapa kali lalu meminta persetujuan dari yang hadir di ruang itu. Serentak yang hadir menyatakan setuju. Lalu Bung Hatta menawarkan pada yang hadir untuk ikut menandatangani teks tersebut, sebagai bukti sejarah dan kebanggaan anak cucu.
Namun yang hadir tidak menyambut tawaran Bung Hatta hingga akhirnya Bung Karno mengatakan, cukup Soekarno dan Mohammad Hatta yang menandatangani atas nama Bangsa Indonesia, dan yang hadir setuju.
Masih dalam otobiografi Bung Hatta juga ditulis, seharusnya teks proklamasi adalah Piagam Jakarta yang dibuat tanggal 22 Juni 1945. Namun setelah mereka diculik ke Rengasdengklot dan tergesa-gesa datang ke Rumah Maide menghadiri rapat PPKI yang batal diadakan pagi hari, tidak seorang pun membawa teks tersebut hingga teks proklamasi dibikin kembali seperti tersebut di atas. Jika saja teks proklamasi adalah Piagam Jakarta maka tujuh kata pada sila pertama masih tetap ada karena tujuh kata itu dihapus tanggal 18 Agustus 1945.
Bung Hatta adalah seorang negarawan humanis yang pada momen paling bersejarah berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia, ia memberi kesempatan kepada tokoh-tokoh pergerakan yang hadir di rumah Maeda untuk ikut menandatangani teks proklamasi tersebut.
Sayang kesempatan untuk ditulis dalam sejarah sebagai penandatangan teks proklamasi yang diberikan oleh Bung Hatta tidak direspon oleh para tokoh-tokoh itu. Jika saja tawaran Bung Hatta diterima maka proklamator bangsa ini tidak hanya ia dan Bung Karno, tapi lebih dari itu, seperti pernyataan kemerdekaan Amerika (declaration of Independens) ditandatangani 19 orang, tokoh-tokoh Amerika yang hadir saat teks itu dibuat.
Esok harinya, dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945, secara aklamasi Bung Karno dan Bung Hatta terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Dalam sidang itu pula ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara.