“Apalah arti sebuah nama?”, ujar William Shakespeare. “That which we call a rose by any other name would smell as sweet”---Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum. Namun demikian, Shakespeare pasti “ngamok” jika namanya dipanggil: “Monkey”.
Kusno menjadi Sukarno
Tanggal 6 Juni 1901, kala fajar menyingsing, lahir bayi mungil dari pasangan Sukemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai---bayi itu diberi nama Kusno. Sejak kecil hingga usia belasan tahun Kusno selalu sakit-sakitan. Yang terparah saat ia berumur sebelas tahun. Sakit thypus menyerang Kusno sangat parah—hingga keluarga dan kerabat menyangka Kusno sudah diambang sakratul maut.
Sukemi yang gandrung pada lakon Mahabharata, sebuah epik Hindu zaman dulu---suatu hari berkata kepada Kusno; “Kus, namamu akan aku ganti dengan Karna. Karna adalah salah seorang pahlawan dalam cerita Mahabharata.” Nama Karna dan Karno sama saja. Dalam bahasa Jawa, huruf “a” menjadi “o”. Sedangkan awalan “Su” pada kebanyakan nama orang Jawa, berarti baik, paling baik. Jadi, Sukarno berarti pahlawan yang paling baik. Begitulah nama Kusno telah berganti menjadi Karno---Sukarno. Setelah berganti nama, Sukarno tidak lagi sakit-sakitan. Sukarno kemudian menjadi Proklamator Kemerdekaan, Presiden pertama Republik Indonesia. Apakah jika ia tidak berganti nama akan menjadi tokoh sebesar itu? Yang pasti---kita tidak kenal Bung Kusno, tapi Bung Karno.
Metafisika dan Indonesia
Nama dibutuhkan untuk memanggil seseorang atau objek. Nama bukanlah sekedar kata atau kumpulan huruf, melainkan mengandung ideasi dan energi. Ilmu fisika menyebut energi bersifat kekal, tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki energi, termasuk nama.
Seorang pakar yang sudah bergelut di dunia metafisika selama 20 tahun, Arkand Bodhana Zeshaprajna, doktor lulusan University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika Serikat---mengusulkan agar nama negara Indonesia diganti menjadi Nusantara. Nama Indonesia dalam dunia metafisika tidak memberi energi yang positif bagi bangsa ini.
Arkand mendalilkan bahwa dalam pandangan metafisika---nama Indonesia hanya memiliki Synchronicity Value sebesar 0.5. Synchronicity Value adalah paramater dalam “Arkand Secret Code” untuk menganalisa sebuah nama. Rentang Synchronicity Value berada di kisaran 0,05 hingga 1,0. Sedangkan Synchronicity Value yang positif berada di angka 0,8 hingga 1,0. Nama Indonesia sendiri kata Arkand hanya memiliki Synchronicity Value 0,5.
Paramater lain yang digunakan adalah Coherence Value. Coherence Value menunjukkan struktur kode-kode dalam diri sendiri yang saling berkaitan satu dengan kode yang lainnya. Rentang Coherence Value berada di kisaran 0,1 hingga 1,0. Sedangkan nilai positifnya di kisaran 0,7 hingga 1,0. Indonesia hanya memiliki Coherence Value sebesar 0,2. Hal ini jauh dari bagus sehingga nama Indonesia harus diganti.
Asal kata Indonesia
Adapun nama Indonesia muncul pertama kali di masa penjajahan Belanda. Pencetus nama Indonesia adalah George Samuel Windsor Earl, seorang pengacara kelahiran London, yang bersama James Richardson Logan, seorang pengacara kelahiran Scotlandia, menulis artikel tentang Indonesia di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia,pada tahun 1850.