Hari ini saatnya Me-Time buatku. Asyik...
Aku pengen banget jalan pagi ke Setu Babakan -- cagar budaya Betawi yang lokasinya nggak jauh dari rumahku, cuma berjarak +/-2 km.
"Ayah... Yuuk kita jalan pagi ke Setu Babakan. Ke sananya naik mobil, baru dech jalan di sepanjang danau. Pulangnya kita jajan soto mie dan kerak telor", aku membujuk suamiku menikmati matahari pagi di kampung budaya Betawi.
"Aku nggak usah ikut. Titip tolong beliin soto mie aja", kata suamiku sambil menikmati jagung rebus dan teh anget yang sudah aku siapkan.
Suamiku sengaja aku iming-imingin jajan makanan Betawi, biar ikut berangkat. Tapi apa daya panggilan untuk leyeh-leyeh kok lebih kuat mengundangnya. Padahal dokter udah kasih saran supaya aktif bergerak dan berjemur sinar matahari. Biar sisa-sisa stroke di tubuhnya rontok dan badan menjadi bugar kembali.
"Yo wis, aku tinggal sebentar, ya. Insyaa Allah maksimal 1 jam udah sampai rumah lagi". Akhirnya aku berangkat sendirian ke Setu Babakan, naik motor aja biar cepet.
Sampailah aku di Setu Babakan yang terletak di Srengseng Sawah -- Jagakarsa -- Jakarta Selatan, suasananya sepi karena sekarang week day. Kalau hari Sabtu dan Minggu, ramai sekali orang berkunjung, jajanan Betawi-pun padat dan lengkap berderet di sepanjang danau.
Biasanya kalau week end juga ada atraksi kesenian tari Betawi dan atraksi pembuatan dodol Betawi. Masak dodolnya secara tradisional, pakai kuali raksasa dan dengan bahan bakar kayu, dodol dimasak dan diaduk selama +/- 4 jam. Menjadi atraksi yang sangat menarik perhatian pengunjung, sekaligus ajang promosi. Biar pengunjung datang mendekat, sekalian membeli dodol.
Daerah cagar budaya ini meliputi luas +/- 170 hektare - ada kebun rakyat, dua buah danau untuk wisata air, museum Betawi, warung-warung kuliner Betawi, panggung kesenian Betawi, perkampungan masyarakat Betawi, masjid dan lain-lain. Dulu daerah ini merupakan rawa-rawa, tapi sekarang sudah lebih apik tertata, menjadi tujuan olah raga dan wisata murah meriah.
Setelah memarkir motor, aku segera pemanasan dan langsung olah raga jalan cepat mengitari danau. Teringat pesanan suamiku, tapi kok nggak ada satu orangpun pedagang soto mie yang berjualan.
Tak terasa matahari semakin tinggi, ketika aku sudah berjalan 45 menit menyusuri danau Setu Babakan. Aku segera menuju tempat parkir, bersiap untuk pulang.