Lihat ke Halaman Asli

Nonk Mardjono

Ibu Rumah Tangga

Sekolah yang Membebaskan

Diperbarui: 28 September 2024   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAI - Kampus Mampang

Hari ini adalah jadwal rutin suamiku untuk datang ke klinik terapi getar saraf. Sebagai salah satu ikhtiar untuk menstimulus saraf otak dan saraf ginjalnya. Klinik cukup jauh dari rumah kami, kira-kira 45 menit perjalanan. Kemaren aku sudah daftar by wa, jadi sudah mendapatkan nomer antrian dan perkiraan waktu terapinya. Ketika sampai di klinik, masih ada 3 pasien yang belum diperiksa Shifu -- sebutan untuk terapis getar saraf.

Tak lama setelah duduk di ruang tunggu, datanglah serombongan keluarga. Ternyata beliau bu Dwi bersama anak bungsunya. Tak ketinggalan Lintang gadis kecil berusia 5,5 tahun -- cucu tercinta, ikut menemani. Suami bu Dwi adalah pasien hemodialisa juga, setiap hari Kamis kami selalu bertemu di RS.

Sambil menunggu giliran, kami ngobrol dengan asyiknya. Aku seneng banget memperhatikan Lintang, ingat anak gadisku yang sekarang berusia 23 tahun. Lintang selalu ceria, matanya besar dan pipinya chubby - persis anakku. Cantik, lucu dan menggemaskan. Dia asyik melipat kertas berwarna hijau, sepertinya akan membuat origami kodok. Ternyata hasil karyanya sudah banyak, disimpan di backpack mungilnya. Asyiklah dia story telling dan bermain dengan kodok-kodoknya yang berwarna warni.

Lintang nggak mau sekolah. Sudah dua sekolah TK yang dia coba, tapi cuma bertahan seminggu saja. Akhirnya mogok, nggak mau berangkat sekolah lagi. Ada saja alasannya -- sekolahnya nggak asyik-lah, mainannya nggak banyak-lah, pelajaran itu-itu aja-lah, aku bosen-lah, dan lain-lain alasan. Guru-guru sudah mencoba membujuk, tapi dia keukeuh nggak mau berangkat sekolah. Lintang tetap lincah, tidak menunjukkan ciri-ciri korban bullying. Nggak tau apa yang sesungguhnya terjadi, semua orang bingung dibuatnya.

Gadis kecil ini memilih untuk ikut nenek dan kakek ke mana-mana, ketika ayah dan bunda pergi ngantor. Senang banget menemani nenek mengurus toko, care banget ketika sekali-kali menemani kakek cuci darah. Atau tetap happy saja jika hanya bermain di rumah nenek.

Kalau Lintang ditanya mau sekolah di mana, dia selalu bilang "Mau sekolah di TK X".

TK X - aku sebut saja TK Sunshine, adalah bilingual school yang terletak di Selatan Jakarta. Gedungnya megah, setiap hari dilewati Lintang ketika akan pergi ke rumah nenek. Sekolah itu terkenal dengan uang pangkalnya yang sangat mahal. Untuk level TK saja, masuk ke sana harus merogoh kocek dengan sangat dalamnya - mencapai hampir ratusan juta rupiah. SPP-nya jutaan rupiah setiap bulan, belum termasuk catering. Orang tua Lintang belum berkemampuan jika menyekolahkan di sana.

Teringat aku dengan Sekolah Alam di mana anak-anakku dulu bersekolah sejak Playgroup sampai SMP. Sekolahnya unik, nggak ada gedung kelas berdinding, nggak pakai seragam, biasa pakai sepatu boot dan halaman sekolahnya luas dikelilingi kebun, kolam dan sungai. Untuk kampus kelas kecil -- dari kelas PG sampai kelas 4 SD, bangunan kelas adalah saung kayu bertingkat. Sedangkan untuk kampus kelas besar -- dari kelas 5 SD sampai dengan SMA, bangunan kelas adalah saung besi bertingkat. 

Anak-anakku pindah ke sekolah lain ketika meneruskan SMA, mereka penasaran ingin keluar dari comfort zone. Akhirnya kami ijinkan merantau ke Yogyakarta sejak SMA sampai kuliah. Walaupun anak-anak tidak bersekolah di Sekolah Alam lagi, namun sampai sekarang persaudaraan kami di komunitas Sekolah Alam tetap terjalin amat erat.

Dikutip dari berbagai sumber, Sekolah Alam adalah sekolah alternatif yang mengajarkan anak untuk langsung berinteraksi dengan lingkungan alam. Jadi, anak tidak hanya mendapatkan pelajaran dari dalam kelas, tapi juga dari luar kelas. Dengan harapan, sekolah mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dan juga menyadarkan anak, bahwa belajar adalah sebuah kebutuhan yang menyenangkan. Anak dapat menjadi lebih kreatif dalam berekspresi dan mengungkapkan keinginan. Anak juga diarahkan untuk menemukan bakat dan kemampuannya.

Teringat lagi ketika anak gadisku masih TK. Pada suatu hari, guru memberikan sehelai kertas dengan berbagai macam gambar barang. Ada payung, sepatu boot, es krim, kue, baju renang, jas hujan, hewan peliharaan, tanaman dan lain-lain. Pertanyan yang diajukan guru adalah, "Waktu turun hujan, teman-teman sering melakukan apa? Tolong dikasih tanda, gambar yang teman-teman pilih yaa."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline